HARIAN MERAPI - Ada sembilan ayat Al-Quran tentang kecenderungan masyarakat yang positif, di antaranya kaum yang bersyukur.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi atau bergaul dengan
kepentingan yang relatif sama. Terbentuknya masyarakat karena manusia menggunakan perasaan, pikiran dan keinginannya memberikan reaksi dalam lingkungannya.
Kehidupan bermasyarakat merupakan salah satu hal penting yang tidak boleh terabaiakan karena manusia adalah makhluk sosial.
Baca Juga: Aliran Taklim Makrifat dinyatakan sesat oleh MUI, ini inti ajarannya
Dalam bermasyarakat, manusia mendapatkan suatu proses hidup yang sangat bernilai, baik untuk diri sendiri maupun pada urusan yang meliputinya.
Tujuan hidup bermasyarakat adalah terciptanya jalinan tali persaudaraan yang kuat antar
anggota masyarakat, yakni lahirnya sikap bergotong-royong, bantu membantu dan kerjasama dalam hal kebajikan dan takwa.
Setidaknya ada sembilan kecenderungan positif dalam masyarakat (kaum) dalam Al-Quran; yakni:
Pertama, masyarakat yang yakin (qaum yu’qinun). Firman Allah SWT: “Orang-orang yang
tidak mengetahui berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita atau datang tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepada kita?” Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa. Sungguh, telah Kami jelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang yakin.” (QS. Al-Baqarah; 2:118).
Baca Juga: Pelatih Kas Hartadi Serahkan Nasib ke Manajemen PSIM Jogja Usai Gagal ke Semifinal Pegadaian Liga 2
Kedua, masyarakat yang yakin juga termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah (5), ayat
50: “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”
Ketiga, ayat lain yang membicarakan tentang masyarakat yang yakin adalah Al-Qur’an Surat
Al-Jatsiyah (45), ayat 4 sebagai berikut: “Pada penciptaan kamu dan makhluk bergerak yang
ditebarkan-Nya terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang meyakini.”
Keempat, masyarakat yang yakin juga dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Jatsiyah (45) ayat
20 sebagai berikut: “Ini (Al-Qur’an) adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini(-nya).”
Kelima, kaum yang beriman (qaum yu’minun). Firman Allah SWT: “Dialah yang
menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala macam tumbuhan. Maka, darinya Kami mengeluarkan tanaman yang menghijau. Darinya Kami mengeluarkan butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang kurma (mengurai) tangkai-tangkai yang menjuntai. (Kami menumbuhkan) kebun-kebun anggur. (Kami menumbuhkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” (QS. Al-An’am; 6:99).
Keenam, kaum yang shaleh (al-qaum al-shalihun). Firman Allah SWT: “Mengapa kami tidak
beriman kepada Allah dan kebenaran yang telah datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami bersama kaum yang saleh?” (QS. Al-Maidah; 5:84).