HARIAN MERAPI – Meski aneka seni modern bermunculan, namun semangat untuk melestarikan seni karawitan masih bisa ditemukan di berbagai tempat.
Jadwal latihan rutin pun dipertahankan, bahkan sewaktu-waktu siap diundang pentas, misalnya kolaborasi dengan pentas seni ketoprak, teater hingga wayang kulit.
Seperti halnya di Kramen Sidoagung Sleman ada kelompok seni karawitan bernama Laras Manunggal dengan latihan rutinnya setiap malam Sabtu Legi. Tempat latihan di rumah Ketua Laras Manunggal, Sukiran
Baca Juga: Salatiga genjot capaian target pelayanan publik, pasca raih penghargaan Ombudsman RI
Kisaran 25 anggota Laras Manunggal semangat untuk bisa hadir dalam setiap latihan. Bahkan belum lama ini, Laras Manunggal mengiringi pentas wayang kulit oleh dalang cilik Tahajid Syawa asal Sleman.
“Laras Manunggal sebenarnya sudah lama berdiri, tapi kami daftarkan di Dinas Kebudayaan Sleman, baru pada 19 November 2018 lalu. Kami sebagai generasi penerus Laras Manunggal berusaha bisa nguri-uri seni peninggalan leluhur yang sangat berharga ini,” terang Sukiran.
Menurutnya, seni karawitan bisa memberi manfaat, baik bagi para penonton maupun pemain atau tim karawitannya sendiri. Sebagai contoh, dapat menghibur serta menghindarkan rasa was-was/ gundah dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Baca Juga: Pemerintah biayai pembangunan kampus keagamaan sebesar Rp9,6 triliun, kampus mana saja?
Dengan adanya seni karawitan, lanjutnya, dapat pula sebagai sarana untuk memupuk rasa kebersamaan, menumbuhkan rasa kekeluargaan maupun mempererat persaudaraan. Bahkan bisa sebagai usaha menanamkan nilai-nilai luhur, memupuk kreativitas dan menjauhkan dari sifat arogan maupun individualis.
“Bahkan seiring kemajuan zaman, seni karawitan tak hanya dimainkan untuk hiburan yang bersifat batiniah atau spiritual semata, namun juga dapat sebagai sarana memenuhi kebutuhan jasmaniah atau materi. Sebab, seniman yang menerjuni profesi seni karawitan bisa juga mendapatkan rezeki atau penghasilan,” urainya.
Dijelaskan Sukiran, jumlah tim seni karawitan saat pentas dapat disesuaikan dengan acaranya. Sebagai contoh ketika pentas mengiringi pentas wayang kulit dalang cilik, belum lama ini, tak semua tim seni karawitan Laras Manunggal dilibatkan.
Baca Juga: Ekonomi belum membaik, PHK masih jadi ancaman besar buruh di Sukoharjo tahun 2023
Antara lain diperkuat, ia sendiri memainkan bonang, Syailatun (gong), Banar W (kendang), Kardono (slenthem), Eni (gender), Dewi, Rahma, Barina (saron) dan Catur (gambang). Ada pula, Yadi (bonang penerus), Yudha/Wulan (demung 1/demung 2) dan peking (Suprih).
“Lalu sebagai sinden ataupun wiraswaranya, terdiri dari Suryani dan Mario,” ungkap Sukiran.
Ditambahkan, saat mengiringi pentas wayang kulit dengan dalang cilik, berbagai lagu dolanan anak-anak biasa dilantunkan. Antara sinden dengan dalang biasa kolaborasi melantunkan lagu-lagu tersebut.
Artikel Terkait
5 Rintisan Desa Budaya Kulon Progo Unjuk Potensi di TBK, Tampilkan Karawitan, Tari Hingga Tembang
Karawitan Eksis di Dusun Kembaran Bantul: Anak-anak, Orang Tua Hingga Generasi Mileneal Antusias Berlatih
Horor SMP Negeri yang angker, kata guru karawitan setiap malam tertentu terdengar suara gamelan
Tari Karang Kumandang ciptaan guru seni karawitan Karanganyar sambut tamu dalam gerak dan orkes gamelan
Pemkab Sukoharjo gelar Parade Karawitan, sentra gamelan Wirun jadi kebanggaan Sukoharjo