HARIAN MERAPI - Pentas Rebon yang menampilkan pementasan Teater, Dagelan Mataram dan Ketoprak diselenggarakan Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat.
Terbukti begitu bejubel penonton hadir pada acara Pentas Rebon Rabu (7/5/2025) malam memadati Concert Hall TBY hingga merangsek lesehan di depan panggung.
Salah satu yang tampil pada pentas Rebon kali ini adalah dari Sanggar Seni Seneng Seni, asal Argowilis Kokap Kulonprogo.
Baca Juga: Polri akan tindak tegas aksi premanisme, Kapolri: Kami membuka semua layanan pengaduan
Dengan pentas teater mengangkat lakon Perempuan perempuan karya Teguh Priyono yang termuat dalam Antologi Napi terbitan Taman Budata Yogyakarta 1993.
Menurut Dr. Nur Iswantara, naskah Perempuan perempuan dipilih untuk dipentaskan karena memiliki kekuatan dan tantangan bagi aktor untuk memerankan para tokoh dalam lakon itu yang cukup konpleks.
"Lakon ini sangat menarik karena mengangkat fenomena maraknya senetron di televisi yang menggadirkan bintang dengan bekal acting yang minimalis. Selain itu banyak pesan moral tentang jejujuran serta kesetiaan seorang perempuan pada pasangannya",tutur Nuris begitu sapaan dosen Institut Seni Indonesua (ISI) Yogyakarta yang terlibat dalam program ini sebagai narasumber.
Sementara itu Sutradara pementasan Perempuan peremluan Fajar Dwi Atmoko seusai pentas mengungkapkan, naskah ini memang cukup menantang karena harus mampu menghadirkan suasana pada tahun tahun yang sudah puluhan tahun lewat dalam suasana panggung.
Baca Juga: Kasus mafia tanah Mbah Tupon,Polda DIY terus lakukan penyelidikan
"Pencermatan naskah dan pemilihan pelaku lakon benar benar kami lakukan agar interpetasi naskah di panggung tidak begitu jauh meleset",tutuf Fajar yang mengaku baru kali pertama menggarap teater berskala panggung lebar.
Perempuan perempuan sendiri berkisah tentang obsesi seorang gadis cantik dan seksi bernama Ling Hua (Ruliff Aini) untuk menjadi bintang film tenar.
Dia bergabung dengan kelompok teater tenar pimpinan Bram (tokoh tak muncul di panggung).
Untuk mewujudkan obsesinya itu Ling Hua menempuh segala cara termasuk memanfaatkan kecantikan dan tubuh seksinya sebagai umpan. Namun Bram tidak pernah peduli, baginya kemampuan acting lebih utama.