budaya

Wiyaga, sinden dan segenap kru selalu tampil kompak, diharapkan bendera keluarga besar Warga Laras tetap berkibar

Senin, 7 April 2025 | 10:30 WIB
Wiyaga, sinden dan segenap kru Warga Laras semangat untuk bisa melestarikan seni budaya wayang kulit. ( Foto: Sulistyanto)



HARIAN MERAPI- Dalang wayang kulit asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Ki Suparman mempunyai grup karawitan terdiri dari wiyaga, sinden dan segenap kru karawitan bernama Trimo Lothung.

Seiring perjalanan waktu, dengan didukung segenap wiyaga (pengrawit), sinden (waranggana) dan kru, nama Trimo Lothung diganti menjadi Warga Laras pada 1974, silam.

Setelah Ki Suparman meninggal dunia pada 12 Oktober 1989, salah satu puteranya, yakni Ki Seno Nugroho mampu meneruskan kiprah ayahnya. Bahkan, Ki Seno bisa berinovasi, misalnya Warga Laras mampu memadukan gaya Yogyakarta dan Surakarta.

Baca Juga: Inilah kepercayaan bangsa Arab pada makhluk halus, Nabi Muhammad SAW diperintahkan meluruskan

Sejumlah sumber menyebutkan, pentas Ki Seno dengan Warga Laras-nya, baik di dalam negeri maupun luar negeri seperti benua Eropa, Amerika dan Asia mampu memukau para penggemar kesenian wayang kulit.

Meski Ki Seno telah meninggal dunia pada 3 November 2020 silam, namun tak mengendorkan semangat keluarga besar Warga Laras untuk ikut melestarikan wayang kulit agar tetap digemari berbagai kalangan masyarakat.

Dalam suatu kesempatan, salah satu keluarga besar Warga Laras, Joko Suwito pun menegaskan, pihaknya akan terus berusaha semangat menjaga lestari dan berkembangnya wayang kulit.

Baca Juga: Satpol PP Surabaya Segel Gerai Es Krim yang Diduga Mengandung Alkhohol

”Kami juga akan menjaga pesan dari Ki Seno, apapun yang terjadi bendera keluarga besar Warga Laras harus tetap berkibar dan dikibarkan setinggi-tingginya,” ungkap Joko.

Saat putra Ki Seno, Ki Gadhing Pawukir Seno Saputro tampil dalam pentas wayang kulit di Joglo Gayam dalam rangka Tugas Akhir sebagai siswa SMKN 1 Kasihan (SMKI) Yogyakarta, belum lama ini, Warga Laras pun tampil kompak.

Salah satu guru SMKN 1 Kasihan (SMKI) Yogyakarta, Bayu Aji memaparkan, ketika mendengarkan tabuhan gamelan dari Warga Laras, bisa merasakan nostalgia pakeliran versi Ki Seno Nugroho.

“Semoga Warga Laras mampu terus bertahan setelah ditinggal almarhum Ki Seno, dan tetap eksis dalam mendampingi dan mengiringi dalang-dalang muda,” harapnya.

Ditambahkan, salah satu ciri khas Warga Laras bisa memadukan gaya campuran Yogyakarta dan Surakarta seperti dengan tempo cepat maupun irama seseg, namun mampu menghidupkan peristiwa-peristiwa dan adegan-adegan dalam pakeliran.

Baca Juga: Satpol PP Surabaya Segel Gerai Es Krim yang Diduga Mengandung Alkhohol

Salah satu wiyaga Warga Laras, Janu mengungkapkan, ia bergabung di Warga Laras sejak 2005 silam dan biasa memainkan alat musik (gamelan) jenis kethuk.

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB