budaya

Selalu dikaitkan dengan perayaan Dugderan di Kota Semarang, kesenin Warak Ngendhog merupakan hasil akulturasi tiga etnis

Sabtu, 4 Januari 2025 | 20:00 WIB
Warga antusias menyaksikan Warak Ngendhog. (MERAPI-ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

HARIAN MERAPI - Kesenian Warak Ngendhog masih bisa kita temukan di saat-saat tertentu. Kesenian rakyat ini pun pada tahun 2022 juga telah mendapat predikat sebagai Warisan Budaya Tak Benda asal Jawa Tengah.

Warak Ngendhog sendiri merupakan mainan yang selalu dikaitkan dengan perayaan Dugderan, suatu festival rakyat di Kota Semarang, Jawa Tengah yang diadakan di awal bulan Ramadan untuk menyambut, memeriahkan, sekaligus sebagai upaya dakwah.

Soal asal-usul, kata "warak" berasal dari bahasa Jawa yang bermakna 'badak'. Namun demikian, pendapat lain mengatakan "warak" berasal dari bahasa Arab yang bermakna 'suci'.

Baca Juga: Tahun 2024, Kansar Semarang Selamatkan 1.007 orang dari 170 Kejadian, 120 Meninggal dan 25 Orang Hilang

Dan ngendhog (bertelur) disimbolkan sebagai hasil pahala yang didapat seseorang setelah sebelumnya menjalani proses suci.

Secara harfiah, warak ngendhog dapat diartikan: siapa saja yang menjaga kesucian di bulan Ramadan, kelak di akhir bulan akan menerima pahala pada hari lebaran.

Warak ngendhog aslinya memang hanya berupa mainan anak-anak dengan wujud hewan.

Jika dibandingkan dengan bentuk warak ngendhog yang ada sekarang ini, warak ngendhog yang asli terbuat dari gabus tanaman mangrove, dan bentuk sudutnya lurus.

Baca Juga: Begini kiat membuat resolusi tahun 2025 agar tidak stres dan kecewa

Mainan ini berwujud makhluk rekaan yang merupakan akulturasi/ persatuan dari berbagai golongan etnis di Semarang yaitu etnis Cina, etnis Arab dan etnis Jawa. ialah:

Kepalanya menyerupai kepala naga khas kebudayaan dari etnis Cina. Tubuhnya berbentuk layaknya unta khas kebudayaan dari etnis Arab. Keempat kakinya menyerupai kaki kambing khas kebudayaan dari etnis jawa.

Konon ciri khas bentuk yang lurus dari Warak Ngendhog ini mengandung arti filosofis mendalam.

Dipercayai bentuk lurus itu menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka lurus dan berbicara apa adanya.

Baca Juga: Ini 10 Kasus IGD yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dan Cara Pemakaian BPJS di Rumah Sakit

Tak ada perbedaan antara ungkapan hati dengan ungkapan lisan. Selain itu Warak Ngendhog juga mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Kota Semarang.

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB