budaya

Caping Kalo Kudus terancam punah, Didik Ninik Thowok angkat warisan budaya lewat karya tari

Minggu, 28 April 2024 | 15:55 WIB
Penampilan Tari Cahya Nojorono dengan aksesoris caping kalo Kudus karya maestro tari tanah air Didik Nini Thowok di pentas budaya "Kontemplasi Mahakarya Caping Kalo" di halaman Pendapa Kabupaten Kudus (Foto : Mc. Thoriq )

HARIAN MERAPI - Tiga seniman dengan latar belakang berbeda siap mempopulerkan kembali caping kalo Kudus yang kini terancam punah, sebagai warisan budaya nusantara yang tak ternilai harganya.

Mereka yaitu pelukis Iwan Sulistyo, pianis Ary Sutedja dan maestro tari tanah air Didik Nini Thowok, dengan ikut andil melestarikan caping kalo melalui karya- karyanya.

Hal itu terungkap dalam konferensi pers menjelang pentas budaya "Kontemplasi Mahakarya Caping Kalo" yang digelar PT Nojorono Tobacco International (NTI), Sabtu (27/4/2024) malam.

Direktur PT NTI Arief Goenadibrata mengatakan, Kudus memiliki warisan budaya leluhur yaitu kerajinan khas caping kalo, namun perannya mulai ditinggalkan seiring dengan perkembangan zaman.

Baca Juga: Belanja pakai uang palsu, seorang perempuan dibekuk pedagang di Pasar Kayen Pati

Caping kalo sekarang ini hanya digunakan pada momen- momen tertentu saja, sebagai aksesoris pelengkap yang disematkan pada baju adat wanita Kudus.

Melihat kondisi tersebut, PT NTI tergerak kembali mempopulerkan dengan menggandreng sejumlah seniman dan akan terus berupaya untuk melestarikannya.

"Nojorono Kudus berkomitmen untuk memberdayakan siapapun yang ingin mempelajari warisan sejarah khas Kudus, yaitu caping kalo," ungkapnya, dalam dialog "Kontemplasi Mahakarya Caping Kalo" di Pendapa Kabupaten Kudus.

Menurut Arief, sekarang ini tinggal dua perajin yang menekuni pembuatan caping kalo Kudus.

Baca Juga: Antisipasi dampak El Nino, Kementan perluas areal tanam di Sragen guna tingkatkan produktivitas pertanian

Pembuatan caping kalo sangat rumit, butuh ketelitian dan keterampilan khusus, maka tak heran jika satu caping kalo harganya cukup mahal.

"Per satunya hanganya mencapai Rp450 ribu," katanya.

Sementara maestro pianis Ary Sutedja mengaku cukup prihatin dengan banyaknya warisan budaya leluhur yang keberadaannya hampir punah.

Seperti halnya caping kalo Kudus, maka perlu diselamatkan dan diangkat kembali popularitasnya.

Baca Juga: Gempa bumi magnitudo 6,5 di Garut sebabkan sejumlah bangunan rusak dan empat orang terluka

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB