Setiap pagi dan sore keduanya membersihkan kawasan Gunung Bathok yang penampakannya cukup seram itu.
Apalagi, di puncak Gunung Bathok tersebut ada pohon beringin besar dengan akarnya yang kuat seperti menonjol keluar dari dalam tanah.
Di bawah pohon beringin besar itu ada bangunan pendopo dengan lantai keramik. Di tempat inilah ada semacam altar kecil untuk meletakkan sesaji dan membakar kemenyan.
Baca Juga: Jalan Taman Siswa Yogyakarta Mencekam, Kapolda DIY Sebut Pelaku Tawuran Sudah Dievakuasi ke Mapolda
Tirakat di Gunung Bathok membutuhkan nyali yang memadai. Tempatnya sepi dan terpencil, dengan suasana sekitar yang masih banyak ditumbuhi pohon bambu yang rimbun.
Bahkan, pada siang hari suasana di sekitar Gunung Bathok ini terasa mencekam. Jika beruntung, pengunjung bisa sedikit merasa tenang karena bertemu Mbah Suratman.
Sebab, hanya Mbah Suratman yang sesekali ada di sekitar Gunung Bathok untuk merawat kolam ikannya.
Baca Juga: Relawan Ganjar Nusantara Magelang Raya Dideklarasikan, Ini Pesan Ketua Umum RGN Pusat
Sayang, Mbah Suratman tak banyak tahu soal riwayat Gunung Bathok dan Ajisaka. Namun yang pasti, pelaku tirakat dari Malang Jawa Timur itu beberapa tahun kemudian datang ke rumahnya.
“Suami istri itu datang untuk berterima kasih karena tirakatnya berhasil,” kata Mbah Suratman. *