Fakta-fakta Kekurangan Beras dan Harganyadi Yogyakarta Menjelang Gerakan 30 September 1965

photo author
- Jumat, 1 Oktober 2021 | 05:54 WIB
Ilustrasi - TNI, Polri dan petani memanen padi di areal persawahan di Soropadan Pringsurat Temanggung. Pemerintah menggenjot hasil beras untuk mencapai ketahanan pangan (Foto: Arif Zaini Arrosyid)
Ilustrasi - TNI, Polri dan petani memanen padi di areal persawahan di Soropadan Pringsurat Temanggung. Pemerintah menggenjot hasil beras untuk mencapai ketahanan pangan (Foto: Arif Zaini Arrosyid)

harianmerapi.com - Fakta-Fakta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Yogyakarta menjelang gerakan 30 September 1965 sangat menarik diketahui. Sebab tragedi gerakan 30 September 1965 tidak bisa dipisahkan dari kondisi sosial dan ekonomi yang terjadi saat itu.

Merujuk pada data statistik Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1964 - 1966, di Yogyakarta mengalami kelangkaan bahan pangan, kelangkaan bahan bakar, dan kelangkaan bahan pokok lainnya.

Tiap tahun ada penambahan kekurangan beras di DIY dengan jumlah yang bervariasi. Pada 1965 dengan jumlah penduduk 2.046.838 jiwa, kebutuhan beras 149.439 ton dan produksi beras 132.636 ton sehingga ada kekurangan 16.803 ton atau 11.24 persen.

Baca Juga: Bagaimana Membangun Keluarga yang Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah?

Pada 1959 dengan penduduk 2.172.384 jiwa kebutuhan beras 146.337 ton sementara produksi beras 114.351 ton, sehingga ada kekurangan 319.86 ton atau 21,86 persen.

Kekurangan terbesar pada 1965 sebesar 68.853 ton atau 36,96 ton. Saat itu produksi beras 117.442 ton, tidak mencukupi untuk penduduk 2.372.395 jiwa.

Sedangkan pada 1965 dengan jumlah penduduk 2.407.171 jiwa kebutuhan beras 191.083 ton tetapi hanya mampu produksi beras 133.948 ton, sehingga ada kekurangan beras 57.135 ton atau sekitar 29,90 persen.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 1 Oktober 2021: Virgo Harus Memutuskan

Julianto Ibrahim dalam buku ‘Malam Bencana 1965 dalam Belitan Krisis Nasional’ bagian II Konflik Lokal yang diterbitkan Buku Obor, mengemukakan Kekurangan beras tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor tersebut seperti pertambahan penduduk yang semakin meningkat, serangan hama tikus, dan adanya kekeringan terutama tahun 1964 dan 1965.

Untuk memenuhi kebutuhan beras tersebut, pemerintah Yogyakarta meminta bantuan daerah-daerah surplus beras, seperti Delanggu, Cilacap, Tempel, Kedu, Kalasan, Klaten, dan Purworejo.

Baca Juga: Kesaktian Syekh Maulana 3: Mimpi Bertemu Suami Istri Penunggu Alas Roban

Kurangnya produksi beras yang dikonsumsi oleh masyarakat Yogyakarta menyebabkan komoditi beras menjadi mahal harganya.

Sejak tahun 1956 sampai 1965 harga beras terus naik seiring dengan pergantian tahun. Kenaikan harga beras cukup signifikan terjadi sejak tahun 1960 dan puncaknya tahun 1956.

Data statistik DIY tahun 1960 - 1961 dan tahun 1964 - 1966, menyebutkan bahwa harga beras terus mengalami kenaikan terutama setelah tahun 1960-an.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KPK OTT Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
X