Keluarga menemukan banyak kejanggalan fisik pada tubuh korban saat menjalani perawatan di RS Astrini Wonogiri hingga saat jenazah dimandikan.
Terdapat luka lebam di dada, perut sebelah kiri, tangan kanan, serta kaki kanan.
Selain itu, ditemukan fakta ganjil berupa bekas coretan cairan tipe-x di bagian kepala korban yang motifnya belum diketahui.
"Ada luka lebam di dada, perut sebelah kiri tangan kanan. Lalu saat dimandikan ada lebam kaki kanan. Bagian kepala juga ada bekas coretan isi tipe-x," kata Mino.
Baca Juga: Kota Toleran Salatiga siap Perayaan Natal dan Tahun Baru
Meskipun pihak pengelola pondok menyatakan telah memeriksakan kondisi korban sebelumnya, keluarga merasa tidak mendapatkan penjelasan yang jujur.
Mino menceritakan bahwa salah satu pengurus ponpes bernama Eko sempat datang untuk mensalatkan jenazah pada Senin malam (15/12/2025), namun tidak memberikan keterangan apa pun mengenai peristiwa yang sebenarnya terjadi.
"Sekitar jam 10 malam pak Eko datang mensalatkan. Setelah itu dia pergi. Enggak ngomong apa-apa soal apa yang sebenarnya terjadi dengan anak saya," ungkap Mino.
Korban sendiri sempat dinyatakan koma pada Senin sore (15/12/2025) sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.
Baca Juga: Antisipasi kecurangan pasar, Satgas Pangan dilibatkan awasi bahan pangan jelang Nataru
Mino menceritakan korban belajar di Ponpes Manjung pada tahun ajaran baru Juli lalu.
Setiap mengunjungi pondok, korban tak pernah menceritakan dirinya dirundung ke ayahanda. Hanya saja Mino menyaksikan bobot tubuh anaknya kian susut.
"Anak saya enggak pernah cerita maupun mengeluh. Cuma, bobotnya susut. Dari 39 Kg jadi 32 Kg," katanya. (Lim)