HARIAN MERAPI - Tekanan utang pinjaman online (pinjol) kembali memakan korban. Bukan karena teror debt collector atau bunga mencekik, melainkan akibat tekanan psikologis yang membuat seseorang nekat berbohong bahkan kepada keluarganya sendiri.
Kapolsek Baki IPTU Sri Widodo, mewakili Kapolres Sukoharjo AKBP Anggaito Hadi Prabowo, Kamis (25/9/2025) dalam keterangannya mengatakan, peristiwa ini dialami FJV (21), pemuda asal Kecamatan Grogol, yang merekayasa cerita seolah menjadi korban begal demi menutupi kebohongan dari ibunya.
Kasus tersebut terungkap setelah VM (41), ibu kandung FJV, melapor ke Polsek Baki bahwa sepeda motor milik anaknya dirampas kawanan begal saat melintas di jalan persawahan Dukuh Teplok, Desa Mancasan, Selasa (23/9/2025) dini hari.
Kabar dugaan pembegalan tersebut sempat membuat resah warga sekitar, khawatir kawanan pelaku kejahatan jalanan mulai berkeliaran kembali.
Namun hasil penyelidikan kepolisian justru menunjukkan fakta berbeda.
IPTU Sri Widodo menjelaskan bahwa tim gabungan Polsek Baki dan Resmob Polres Sukoharjo segera melakukan penyelidikan di lokasi.
“Dari hasil olah tempat kejadian perkara, tim tidak menemukan bukti yang menguatkan adanya tindak pidana begal. CCTV di sekitar lokasi nihil, tidak ada saksi mata, dan hasil pemeriksaan medis menyatakan yang bersangkutan tidak mengalami luka sedikit pun,” ujarnya.
Baca Juga: Polsek Gamping Ungkap Penjualan Miras Tanpa Izin di Banyuraden
Saat diinterogasi ulang, FJV akhirnya mengakui telah menjual motor Yamaha Xeon bernomor polisi AD 5189 OF yang sebelumnya disebut sebagai hasil perampasan.
Motor tersebut dijual melalui Marketplace Facebook kepada TM (31), warga Bulakan, Sukoharjo Kota, dengan harga Rp1,5 juta.
Transaksi dilakukan hanya bermodalkan STNK, karena BPKB kendaraan masih dijadikan agunan pinjaman. Uang hasil penjualan kemudian digunakan untuk membayar tagihan pinjol yang menjeratnya.
Baca Juga: BRI Perkuat Dukungan bagi Sektor Pertanian Melalui Akses Pembiayaan dan Pemberdayaan Inklusif
“Demi menghindari kemarahan ibunya, FJV lalu membuat cerita seolah-olah menjadi korban pembegalan. Korban sesungguhnya dalam kasus ini justru ibunya sendiri,” tambah IPTU Sri Widodo.