Program tersebut, lanjutnya, juga bisa menjadi ruang diskusi yang mendorong terbentuknya ekosistem film lebih inklusif, sekaligus membuka percakapan mengenai tantangan dan peluang dalam memastikan film dapat dinikmati oleh semua orang.
Melalui kolaborasi dengan pembuat kebijakan, akademisi dan komunitas seni disabilitas, Special Program tersebut diharapkan memperluas kesadaran publik tentang pentingnya akses yang setara dalam dunia perfilman.
Adapun untuk diskusi panel menghadirkan tiga perspektif utama, terdiri dari pemerintahan (Komisi D DPRD DIY), membahas kebijakan publik dan dukungan regulasi terkait aksesibilitas ruang seni dan budaya.
Akademisi (Dosen UMY), memberikan pandangan ilmiah tentang ekosistem film yang inklusif dan pentingnya edukasi publik. Lalu dari Jogja Disability Arts (JDA), terkait pengalaman langsung dari komunitas disabilitas.
Misalnya, mengenai kebutuhan akses, hambatan dan praktik baik yang bisa diterapkan. Sedangkan puncak acara, akan digelar Malam Apresiasi & Alumni Awards.
“Apresiasi seperti ini menjadi simbol bagaimana universitas, komunitas dan alumni bisa saling menguatkan dalam membangun budaya film yang berkelanjutan,” tandas Fawwas.*