HARIAN MERAPI - Wayang kulit tak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai alat edukatif yang efektif. Pengajaran bahasa Inggris, pun bisa melalui media wayang kulit.
Artinya, sebagai media alternatif pembelajaran bahasa Inggris dapat memanfaatkan kekayaan budaya lokal, satu diantaranya yaitu wayang kulit.
Hal tersebut memotivasi dua dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaksanakan pengabdian masyarakat terkait pembalajaran bahasa Inggris lewat wayang kulit.
Kegiatan dilaksanakan di SD Muhammadiyah Purwodiningratan Yogya, baru-baru ini. Sedangkan dua dosen dari UMY, yakni Muhammad Zahrul Anam, S.Ag., M.Si.serta Prof. Dr. Sidik Jatmika, M.Si.
Baca Juga: Mantan penggugat ijazah Jokowi ditahan Polres Sukoharjo karena ini
Menurut Zahrul, pengabdian masyarakat tersebut bagian dari menghadirkan pembelajaran bahasa Inggris yang lebih kontekstual, disenangi siswa dan dekat dengan kehidupan serta budaya siswa.
“Saat pembelajaran bahasa Inggris lewat wayang kulit, Prof. Sidik bertindak sebagai dalang, membawakan sejumlah episode cerita wayang dalam bahasa Inggris,” ungkap Zahrul.
Guna mendorong partisipasi aktif siswa, beberapa diantara mereka dilibatkan dalam pertunjukan sebagai pemain peran, misalnya saat goro-goro maupun limbukan. Komposisi bahasa yang digunakan, bisa pula Indonesia 30 persen dan bahasa Inggris 70 persen.
Selain itu ada tanya jawab menggunakan bahasa Inggris terutama yang terkait dengan isi cerita (lakon wayang). Jadi, siswa tak hanya menjadi penonton, namun juga bagian dari pertunjukan.
Baca Juga: Siti Fatimah Berhasil Sulap Kelor Jadi Aneka Olahan Pangan yang Digemari Setelah Manfaatkan KUR BRI
“Jadi program ini menekankan pendekatan pembelajaran yang interaktif dan partisipatif, sebuah upaya untuk bersaing dengan dominasi teknologi digital yang cenderung pasif,” tegasnya.
Selain itu, sebut Zahrul, pihaknya berusaha menghadirkan pengalaman belajar yang hidup dan melibatkan seluruh indra siswa. Tak hanya melihat dan mendengar, tetapi juga tampil dan berbicara.
Ditambahkan, penguasaan bahasa Inggris menjadi keterampilan penting di era global. Oleh karena itu, pemanfaatan wayang sebagai media belajar sekaligus alat diplomasi budaya diharapkan mampu menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.
“Jadi, siswa kami kenalkan pada nilai-nilai lokal yang dikemas dalam bahasa global. Dengan begitu, mereka belajar bahwa identitas budaya tak harus hilang demi menjadi warga dunia,” tegas Zahrul.
Baca Juga: Dispar DIY ajak masyarakat ramaikan Keroncong Plesiran vol IX di Desa Wisata Tinalah Kulon Progo