"Dishub Sukoharjo dibantu Satlantas Polres Sukoharjo sudah melakukan pengaturan lalu lintas kendaraan disejumlah titik padat. Masyarakat dialihkan melintasi jalur alternatif yang telah disiapkan," lanjutnya.
Toni menambahkan, dalam pengaturan lalu lintas tersebut petugas juga akan mengarahkan kendaraan sesuai dengan kelasnya.
Kendaraan berukuran besar dan membawa muatan berat dilarang melintas jalur alternatif yang kondisi jalannya sempit atau kecil. Hal itu dilakukan untuk menghindari kemacetan dan dampak kerusakan.
"Jarak tempuh masyarakat dengan melintasi jalur alternatif memang menjadi lebih jauh atau panjang. Karena memang Jembatan Mojo sangat penting menghubungkan Mojolaban Sukoharjo dengan Semanggi Solo. Sementara ditutup untuk diperbaiki," lanjutnya.
Warga Gadingan Mojolaban Joko Waluyo mengatakan, terpaksa harus memutar arah menggunakan jalur alternatif dengan jarak tempuh lebih jauh dan lama untuk menuju ke tempat kerjanya di Solo Baru, Grogol.
Apabila sebelumnya berangkat dari rumah dan bisa melintasi Jembatan Mojo hanya butuh waktu tidak lebih dari 20 menit saja maka sekarang bisa lebih dari 45 menit.
Jalur yang digunakan yakni berputar menuju Tegalmade, Mojolaban ke Pranan Polokarto dan baru masuk Telukan Grogol terakhir ke Solo Baru Grogol.
"Lewat Tegalmade tembus ke Pranan lebih dekat daripada harus menyeberang melewati jembatan sasak bambu ke Kampung Sewu Solo. Meski dekat tapi jalur alternatif itu tetap jauh dan harus berangkat lebih pagi lagi menuju ke tempat kerja di Solo Baru," ujarnya.
Joko Waluyo mengaku sangat terpengaruh dengan jarak tempuh jauh dan menambah biaya perjalanan ditengah naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Karena itu pihaknya berharap perbaikan Jembatan Mojo segera selesai.
"Ya mau bagaimana lagi harus memutar jalan jauh dan menambah pengeluaran untuk beli BBM ditengah naiknya harga. Kalau bisa Jembatan Mojo tidak ditutup total dan bisa dilewati separuh sisi jalan saja untuk sepeda motor," lanjutnya.*