SLEMAN, harianmerapi.com - Jogja menjadi tuan rumah penyelengaraan Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XIII yang dibuka di lapangan Siwa Prambanan, Sleman, Senin (20/6/2022).
Pembukaan acara diawali dengan simbolis penerimaan Piala Kepresidenan yang diserahkan Perwakilan Provinsi Papua Barat sebagai Juara Pesparawi XII Tahun 2018, kepada Wakil Menteri Agama RI Dr Zainut Tauhid Sa'adi.
Penyerahan dilakukan Pj Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw dan Sekretaris Daerah Papua Barat sekaligus Ketua LPPD Nataniel D Mandacan. Setelah itu dilanjutkan dengan parade kontingen Pesparawi XIII dari seluruh Indonesia.
34 perwakilan gereja se-Indonesia mengikuti kegiatan ini. Parade diawali dari Lembaga Pengembangan Pesparawi Nasional dan diakhiri dengan kontingen Provinsi Papua, dan ditutup pementasan Drama Musikal Nacita.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai Pesparawi selaras dengan ajaran moral khas Jogja yakni Sawiji, Greget, Sengguh, dan Ora Mingkuh, yang jika dimaknai setiap peserta, maka performa terbaik akan terwujud.
"Sawiji berarti penjiwaan total tanpa menjadi tak sadarkan diri, Greget adalah bersemangat tanpa menjadi kasar, Sengguh adalah percaya diri namun tetap low profile dan Ora Mingkuh adalah pantang mundur, dengan disiplin dan tanggung jawab," kata Sri Sultan didampingi Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X.
Baca Juga: Bercanda Ditodong Senapan Angin, Remaja di Sleman Tewas Tertembak: Peluru Menembus Dada
Keempat ajaran itu mewakili totalitas ideal manusia dalam kehidupan baik hubungannya dengan sesama maupun Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga diharapkan setiap peserta dapat memancarkan energi positif.
Sebagai tuan rumah Pesparawi XIII, Sri Sultan berharap setiap peserta juga dapat mengenal nilai budaya dan kearifan lokal Jogja. Peserta juga harus menjunjung tinggi sportivitas dan saling mengapresiasi satu sama lain.
"Semogalah pula, para peserta masih sempat menghirup suasana Jogja dengan serba kesahajaannya, di tengah-tengah senyum ramah masyarakat, khasanah wisata, dan budaya yang melingkupinya," ucapnya.
Sementara itu Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menambahkan pada era sekarang, perkembangan seni budaya sejatinya harus mampu memberi arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa.
"Bangsa Indonesia adalah bangsa religius dan berbudaya, maka pengembangan seni keagamaan harus dapat sentuhan yang utama sebagai bagian dari jati diri bangsa," jelasnya.