SLEMAN, harianmerapi.com - Komunitas Puring Merapi menggelar Kontes dan Pameran Puring di wilayah Kalurahan Wonokerto, Turi, Minggu (16/1/2022).
Acara yang digelar bersama Komunitas Puring Jogja (KPJ) ini bertujuan mengenalkan serta mengajak masyarakat untuk budidaya tanaman puring.
Ketua Panitia Kontes dan Pameran Puring, Suyud Wiyono menyampaikan, sebelum tahun 2007, tanaman puring identik dengan tanaman kuburan atau makam. Namun saat ini puring banyak digemari masyarakat bahkan harganya cukup mahal.
Menurut Sujud, potensi ini harus ditangkap oleh masyarakat dengan cara budidaya puring terutama jenis hibrid yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dengan mengenalkan berbagai jenis baru diharapkan masyarakat menjadi tertarik untuk budidaya.
Baca Juga: Duet Pengedar Tembakau Gorila Diringkus BNNP DIY
Ketua Komunitas Puring Jogja (KPJ), Triyanto menjelaskan, harga tanaman puring sangat bervariasi dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah tergantung jenisnya. Hal ini menjadi potensi baru untuk terus dikembangkan sebagai komoditas hortikultura.
Triyanto meyakini, prospek budidaya puring kedepan akan menjadi semakin bagus karena bermunculan jenis-jenis hibrid (persilangan) baru yang kualitasnya sangat bagus dengan harga sangat tinggi.
“Beberapa bulan lalu ada jenis puring hibrid baru dengan tinggi 70 centimeter laku dijual dengan harga Rp 10 juta,” ungkap Triyanto.
Baca Juga: Pakar UGM Sebut Sesaji Bagian Tradisi Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia
Saat ini, lanjutnya, penggemar maupun pembudidaya lebih banyak yang mengembangkan jenis hibrid. Hasil dari persilangan ini mempunyai nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis yang sudah ada.
“Puring jenis Ramayana, Adelia, Bintang Lima, Apel dan beberapa hibrid lain sangat layak untuk dibudidayakan karena karakternya bagus dan harganya lumayan tinggi,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Lurah Wonokerto, Riyanto mengungkapkan, tanaman puring yang dulu banyak ditanam di makam saat ini banyak diburu oleh penggemar tanaman hias dengan harga tinggi.
Potensi ini dapat digali dan dikembangkan oleh masyarakat sebagai peluang bisnis baru di sektor hortikultura.
“Dulu tanaman puring banyak tumbuh di makam-makam. Tetapi saat ini menjadi tanaman hias dengan harga yang tinggi,” ungkap Riyanto.