YOGYA, harianmerapi.com - Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berkomitmen untuk menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) di beberapa pesantren binaannya secara bertahap. Pasalnya nilai investasi instalasi tersebut tidak murah.
Hal ini dilakukan guna mendukung pemerintah Indonesia dalam komitmennya pada Paris Agreement, sebuah kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim dengan memenuhi target 23 persen bauran energi di tahun 2025.
Komitmen untuk mewujudkan hal itu membutuhkan sinergi multi stakeholders, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, institusi pendidikan, serta perusahaan swasta.
LDII merasa menjadi bagian yang harus mendukung komitmen tersebut.
“Kita tahu, Indonesia ini kan sudah menandatangani perjanjian Paris di tahun 2016. Maka, kami ingin membantu negara untuk mencapai targetnya. Kami juga dibantu Kementerian ESDM untuk membuat panel surya itu,” ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) LDII, Chriswanto Santosa, Sabtu (25/9/2021) di Yogyakarta.
Dia mengatakan secara bertahap dilakukan pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di beberapa pesantren. Salah satunya di Pondok Pesantren Wali Barokah yang terletak di Barokah, Burengan, Kediri, Jawa Timur telah terpasang secara penuh.
“Kalau yang sudah full menggunakan PLTS itu ya ponpes di Kediri, tapi ada juga di Bumi Perkembahan Dewa Ruci di Bantul juga sudah mulai pakai PLTS,” ujarnya,
Dia menyebut meski harga instalasi sangat mahal di awal namun pada akhirnya apabila dinilai akan jauh lebih murah untuk jangka panjang.
Di sisi lain upaya ini adalah untuk kepentingan masa depan dan keberlangsungan kehidupan manusia.
“Investasinya memang mahal karena baterainya mahal, tapi kalau ini bisa menjadi tren, harganya bisa turun lagi,” imbuhnya.
Baca Juga: Kasus Aziz Samsuddin. Golkar Minta Masyarakat Memisahkan Urusan Partai dan Masalah Pribadi
Seperti diketahui, instalasi PLTS yang dibangun di Ponpes Wali Barokah berukuran 40 meter x 41 meter dengan 640 panel kelas premium buatan Kanada dengan nilai investasi mencapai Rp10 miliar.