Fauzi menduga takmir masjid dan grup rebana menilai bahwa peralatan yang mereka miliki masih bisa dipakai untuk jangka panjang.
Meskipun ada kerusakan yang cukup berat, katanya, mereka berusaha melakukan perbaikan.
Selain itu, Fauzi juga menilai takmir yang masjid atau musalanya belum memiliki beduk masih belum memiliki dana yang cukup untuk membuat alat tabuh penanda waktu sholat itu.
Baca Juga: Cukur Manchester United 4-0, Liverpool Geser Manchester City di Puncak Klasemen Liga Inggris
Kebalikannya dengan 2 tahun lalu, selama Ramadhan tahun 2022, Fauzi menerima pesanan servis tujuh bedug dan sepuluh set rebana.
"Ramadhan tahun ini hanya ada tiga pesanan pembuatan beduk, dan reparasi meningkat. Memang dari segi pesanan produk baru dirasakan menurun, tapi tetap saya syukuri," katanya.
Untuk biaya reparasi beduk, Fauzi mematok harga Rp 3,5 juta hingga Rp 4,5 juta, tergantung ukuran dan kerusakannya.
Sementara untuk pemesanan beduk baru, dihargai mulai Rp 4,5 juta hingga Rp 35 juta.
"Memang kalau buat baru relatif mahal, tapi untuk kualitas kami jamin bagus karena semua menggunakan bahan yang kualitasnya juga super," tegasnya.
Sementara itu, Taufik menjelaskan, bedug produk kerajinan “H Chudori” Desa Kroyo Gebang memiliki keunikan.
Yakni dibuat menggunakan kayu utuh.
Bedug dibuat dari bahan kayu gelondongan yang sudah dipotong, kemudian dilubangi pada bagian tengahnya.
Baca Juga: Lebaran Diprediksi Seragam pada 2 Mei 2022
Bedug berbahan kayu utuh memiliki suara yang lebih nyaring dan menggema karena udara tertahan oleh tebal dan rapatnya kayu.