“Saat itu, ada warga yang makan pagi di Kaliboto, saat mau pulang malah ditangkap, tidak tahu alasannya, ternyata ketahuan jika polisi sudah banyak sekali,” katanya di hadapan staf KSP.
Baca Juga: Raffi Ahmad-Nagita Slavina Dinobatkan sebagai The Sultans of Content, Ini Pertimbangannya
Lalu, warga yang menolak memikirkan cara untuk mengamankan diri.
“Kami tidak mampu melawan, maka diputuskan, kita kumpul di Masjid Nurul Huda, kita punya Tuhan, maka kita mujahadah dan berdoa di masjid,” tuturnya.
Tapi, informasi itu tidak bisa langsung sampai kepada seluruh warga penolak kuari.
“Ada yang sudah ke ladang dan lain-lain, jadi ketika akhirnya kumpul di masjid, ada yang pakaiannya bersih, ada yang belepotan, celana pendek, caping, dan lain-lain. Mujahadah mulai jam 08.00 WIB,” terangnya.
Baca Juga: Pol Espargaro Tercepat di Hari Pertama Tes MotoGP di Sirkuit Pertamina Lombok
Mujahadah dimulai lagi dan pukul 10.00 WIB polisi datang. Ketika itu, katanya, warga mujahadah di dalam masjid, di panggung depan masjid, di rumah Fahrudin, dan di bangunan setengah jadi di depan masjid.
“Lalu kok ada satu pemuda yang ditangkap, padahal tidak ada satu pun warga yang menghalangi polisi, apalagi menghalangi pengukuran tanah, yel-yel juga tidak ada,” ucapnya.
Lalu, katanya, ada warga yang mengingatkan Fahrudin untuk bersembunyi saja daripada ikut diamankan polisi.
“Takutnya kalau (saya) diambil, kan bisa down semua, akhirnya saya ngumpet di gudang masjid,” ujarnya.
“Selanjutnya saya tidak tahu, cuma dengar suara perempuan menangis,” tambah Fahrudin.
Pemuda Wadas, Amrozi mengaku ikut ditangkap dan dibawa ke Mapolsek Bener dan Polres Purworejo.
Ketika kejadian hari Selasa, katanya, ia tidak megikuti mujahadah di masjid dan memilih berada di rumah.