diy

Waria Ponpes Al Fatah Banguntapan Bantul Bikin Wayang Sampah Plastik Berbasis QR Code

Selasa, 7 September 2021 | 10:44 WIB
Tim PKM Wansaplas UGM melakukan pemberdayaan waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah di Jagalan, Banguntapan, Bantul dalam pembuatan wayang dari daur ulang sampah berbasis QR code. (Istimewa)


BANTUL, harianmerapi.com - Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Wansaplas UGM melakukan pemberdayaan waria di Pondok Pesantren (Ponpes) Waria Al-Fatah yang berada di Dusun Calenan, RT 9 RW 2, Jagalan, Banguntapan, Bantul, dalam pembuatan wayang hasil daur ulang sampah plastik berbasis QR code sebagai media pembelajaran.

Melalui program tersebut diharapkan mereka dapat meningkatkan kreativitas untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri.

"Dalam kehidupan sehari-hari, waria sering mendapatkan diskriminasi akibat status sosial yang dimiliki, sehingga menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan yang wajar. Di sisi lain, program ini juga bertujuan untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang cukup banyak di lingkungan," papar Leony Vita Artanti, Kamis (2/9/2021).

Baca Juga: Olah Limbah Sarung Tangan Lateks Jadi Bahan Bakar Diesel, Ini Hasil Penelitian Tim Mahasiswa UGM

Selain Leony dari FTP, tim lainnya terdiri Muhammad Najmi Mumbada (FTP), Roykhana Purwita (FTP), dan Al-Viyah Rahmaidah (FMIPA) serta dibimbing dosen pendamping Dra Eko Tri Sulistyani MSc. Program pemberdayaan ini ditujukan untuk memberikan keterampilan kepada waria di pondok pesantren

Leony menjelaskan ide pembuatan media pembelajaran berupa wayang yang terbuat dari sampah kantong plastik dengan basis QR code ini nantinya akan diwujudkan melalui sebuah program yang diterapkan sebagai kegiatan wirausaha bagi masyarakat mitra. Media pembelajaran berupa wayang dipilih karena bersifat interaktif dan dapat melatih kemampuan public speaking.

"Wayang tersebut akan dikemas dan dilengkapi dengan QR code yang merupakan tautan untuk membuka referensi cerita yang dapat dimainkan dengan menggunakan wayang sampah plastik," terangnya.

Baca Juga: Pakar UGM Bilang Begini Soal Menjamurnya Mural Mirip Jokowi

Pengemasan dengan cara tersebut digagas sebagai upaya menyesuaikan perkembangan zaman di era serba digital. Selain itu juga untuk memberikan kemudahan konsumen dalam mengakses dan menyimpan resferensi cerita secara praktis. Nantinya, produk tersebut akan dipasarkan melalui media sosial dan market place.

Untuk membantu proses pemberdayaan tersebut tercapai, tim PKM-PM Wansaplas UGM memberikan pelatihan secara daring dan luring kepada mitra. Pelatihan dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap produksi, hingga tahap pemasaran.

Pelatihan secara daring dilakukan melalui zoom dengan menggunakan media pelatihan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sedangkan pelatihan secara luring dilakukan secara langsung di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Baca Juga: Disebut Dokter Abal-abal, Dokter Tirta Beri Bukti Foto Wisuda di UGM

Dosen pendamping tim PKM, Eko Eko Tri Sulistyani menyebutkan program pemberdayaan waria ini dapat menggali ide-ide kreatif para waria dan jika pelatihan ini ditekuni akan berpotensi menjadi peluang usaha yang menarik. Di sisi lain, waria juga berpotensi untuk menjadi pendongeng pada acara tertentu.

Ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta, Sinta Ratri mengapresiasi gagasan yang dikembangkan tim PKM Wansaplas UGM. Program yang dibuat dapat merangkul para waria yang jarang mendapat perhatian dalam program semacam itu.

Ia mengungkapkan dari program pemberdayaan yang dijalankan, warga pesantren waria Al Fatah mendapatkan banyak pelatihan yang dapat dijadikan bekal untuk membuka peluang usaha yang mandiri. Wayang sampah plastik yang telah berhasil diproduksi juga dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi kelompok-kelompok belajar pada tingkat pendidikan dasar.

Halaman:

Tags

Terkini

PMI DIY Kirim Tim Layanan Kesehatan ke Aceh Tamiang

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:55 WIB