HARIAN MERAPI - Sebagai salah satu pewaris kerajaan Mataram Islam, Kadipaten Pakualaman masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya baik adat dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur para pendirinya.
Hal itu terungkap dalam Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon pada Jumat (28/11/2025) malam di Kagungan Dalem Kepatihan Pakualaman.
Dialog Budaya Sabtu Kliwon itu menghadirkan dua pembicara yaitu Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum dan Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra dari Departemen Antropologi Fakultas Budaya UGM Yogyakarta dengan moderator K.R.T. Jayeng Taruno.
Baca Juga: Ridwan Kamil penuhi panggilan KPK terkait kasus dugaan korupsi proyek pengadaan iklan pada Bank BJB
Dalam paparannya Saktimulya menguraikan, bucalan adalah bahasa Jawa krama yang punya makna buang.
Dalam konteks tradisi di Kadipaten Pakualaman bucalan merupakan ubarampe sesaji pembuka wilujenangan sebelum prosesi upacara adat dilakukan.
"Bucalan memiliki fungsi untuk melepas energi negatif dan membuka jalan keselamatan," terang pemilik nama Nyi Mas Tumenggung Sestrarukmi paringan Dalem K.G.P.A.A. Paku Alam X.
Menurut Penghageng Perpustakaan Widyapustaka Pakualaman ini lebih lanjut, upacara tradisi adalah kegiatan ritual yang diwariskan secara turun- temurun dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan kepercayaan, nilai moral, penghormatan leluhur, siklus hidup dan siklus alam guna menjaga keseimbangan manusia-alam-Tuhan.
Baca Juga: Purbaya: Masih tersedia anggaran untuk tambah anggaran operasional tangani banjir bandang Sumatera
Saktimulya menyebut, di Kadipaten Pakualaman setidaknya ada 12 upacara tradisi yang dilaksanakan selama setahun ialah Tingalan Wiyosan Dalem K.G.P.A.A. Paku Alam X, Ngapem, Kuthamara, Garebeg Syawal, Garebeg Besar, Pebgetan 1 Sura, Pengetan Hadeging Kadipaten Pakualaman (tahun Masehi), Labuhan, Jamasan Pusaka, Garebeg Mulud, Pengetan Jumenengan Dalem K.G.P.A.A. Paku Alam X dan Pengetan Hadeging Kadipaten Pakualaman Tahun Jawa.
Sementara itu Heddy Shri Ahimsa Putra, mengungkapkan menafsir upacara adat di Kadipaten Pakualaman bahwa asumsi dasar dari upacara adat merupakan pandangan filosofi yang kuat di lingkungan Kadipaten Pakualaman.
Di mana kegiatan itu penuh dengan simbolik meski demikian semua pasti memiliki tujuan dan ada fungsinya.
Baca Juga: Masuk hari ke-8, Basarnas tambah personel untuk atasi kelelahan dalam penanganan bencana Sumatera
"Kehidupan manusia merupakan sebuah sistem dan upacara adat sendiri adalah salah satu unsur dalam sistem yang berupa teks sosio kultural yang dapat ditafsir dan dimaknai secara subyektif logis," urai Heddy.