Karenanya, masyarakat sudah bisa mempersiapkan jauh-jauh hari, tidak perlu tergopoh-gopoh belanja pada H-1 Puasa, apalagi untuk bahan pangan yang memiliki masa simpan cukup lama.
Belanja pada saat musim padat, tidaklah nyaman. Perjalanan menuju pasar atau pusat perbelanjaan menemui kemacetan lalu-lintas di mana-mana, kemudian di lokasi belanja berdesakan dengan ramai orang, juga kecenderungan harga yang tengah tinggi.
Mengapa harga menjadi tinggi? Karena sebagian besar konsumen memburu komoditas barang yang sama. Untuk kategori sembilan bahan pokok (sembako) memang mau tidak mau harus dibeli, tapi di luar itu ada barang yang bersifat komplementer dan substitusi yang dapat disiasati.
Fanatisme warga terhadap jenis komoditas tertentu juga mempengaruhi pasokan dan harga. Semisal, ibu-ibu rumah tangga selalu berfokus membeli daging ayam dan daging sapi untuk lauk utama, hal itu membuat kedua komoditas itu selalu mengalami kenaikan harga cukup fantastis di waktu-waktu tertentu.
Padahal, bicara lauk-pauk dari protein hewani tidak hanya ayam dan daging sapi, melainkan ada banyak alternatif lain. Pada kategori unggas tersedia entok atau bebek, untuk daging terdapat daging kerbau atau kambing, sedangkan jenis ikan sangat berlimpah, baik ikan air tawar atau ikan laut, termasuk udang, cumi-cumi dan kawan-kawannya.
Siapa yang mewajibkan pada momen spesial harus menghidangkan menu opor ayam atau rendang daging sapi? Apakah harus, warga Muslim seantero daerah sajian Lebarannya seragam, opor ayam dan rendang? Yang membuat keduanya (ayam dan daging sapi) “besar kepala” karena diburu banyak orang.
Bila ingin membuat menu spesial, bermain dengan olahan ragam makanan laut juga menarik. Itu malah sejalan dengan gerakan makan ikan yang digalakkan pemerintah, sedangkan opor ayam bisa diganti dengan gulai entok, misalnya. Dendeng daging kerbau dapat menjadi alternatif pengganti rendang daging sapi, dan seterusnya.
Baca Juga: KoinWorks Ajak Lender di Yogya Gapai Kebebasan Finansial
Para ibu rumah tangga jangan fanatik dan mengharuskan memasak menu makanan sesuai tren pada umumnya. Berpikirlah bahan pangan substitusi dan alternatif, yang justru akan membuatnya berbeda dan terasa istimewa.
Perilaku konsumen yang mudah panik turut mempengaruhi fluktuasi harga. Setiap menjelang hari-hari besar keagamaan, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, Badan Urusan Logistik (Bulog), Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan para pemangku kepentingan lainnya, turun ke pasar-pasar untuk memantau ketersediaan bahan pangan dan kestabilan harganya.
Menjelang Ramadhan ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjamin ketersediaan kebutuhan pokok.
“Ketersediaan pasokan bahan pokok terpantau cukup untuk memenuhi kebutuhan puasa dan Lebaran 2023,” kata Zulhas mengacu pada data dalam Neraca Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Baca Juga: Siapa Menpora pengganti Zainudin Amali, ini menurut Presiden Jokowi
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Aswata juga mengemukakan hal senada, saat memantau bahan pangan di pasar swalayan.