HARIAN MERAPI - Guna memberikan pelayanan optimal, kepada warga binaan. Lapas Perempuan Kelas IIB Yogyakarta, memfasilitasi warga binaan dengan Warung Telekomunikasi Khusus (Wartelsus).
Selain sebagai upaya, mencegah masuknya handphone ke dalam Lapas. Wartelsus ini juga sebagai fasilitas yang diberikan Lapas, kepada warga binaan untuk komunikasi kepada kerabat atau keluarga di luar.
"Wartelsus ini, bagian dari proses pemulihan relasi sosial warga binaan. Penggunaannya tetap sesuai prosedur dan diawasi petugas," kata Kalapas Perempuan Wonosari, Mardi Ati Ningsih, Jumat (14/11/2025).
Baca Juga: 21 orang dilaporkan jadi korban longsor Cibeunying, Bupati Cilacap minta percepatan pencarian
Ia mengatakan layanan Wartelsus guna mengantisipasi dan mencegah warga binaan menggunakan telepon genggam. Bahkan setiap minggu sekali, percakapan warga binaan diputar oleh petugas Lapas.
"Meski warga binaan bisa menghubungi orang luar tapi untuk percakapannya direkam dan kita pantau terus. Setiap minggu sekali kita buka percakapan itu," kata Ningsih.
Ia menegaskan bahwa warga binaan dilarang memiliki dan mengoperasikan berbagai jenis peralatan komunikasi di dalam fasilitas pemasyarakatan. Maka, pihaknya terus menjaga mutu dan transparansi layanan.
"Hal ini demi menciptakan ruang komunikasi yang sehat. Kita ada Wartelsus yang tersebar di masing-masing blok. Warga binaan juga bisa melakukan video call," tandasnya.
Baca Juga: Ada indikasi, perekrutan jaringan terorisme lewat game online, begini langkah BNPT
Kasi Kamtib Lapas Perempuan Wonosari Nining Trisnowati menjelaskan, langkah ini dilakukan untuk memastikan warga binaan tetap dapat menjaga komunikasi dengan keluarga secara layak, meski berada di balik jeruji.
"Wartelsuspas dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bagi warga binaan yang ingin melakukan hubungan sambungan telepon dengan keluarga maupun kerabatnya," jelasnya.
Sementara itu Kasi Binadik Lapas Perempuan Wonosari Wine Safitri menambahkan, selama di dalam Lapas, warga binaan ini juga mendapatkan ketrampilan. Di antaranya, menjahit, pertanian, salon, membatik hingga keagamaan.
"Harapannya, dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas, sehingga kedepannya warga binaan bisa mengaplikasikannya saat sudah menjadi masyarakat kembali," pungkasnya. *