HARIAN MERAPI - Petani di berbagai tempat banyak yang menghadapi kendala, khususnya petani tanaman padi akibat serangan hama seperti keong emas, burung dan tikus.
Jika tanaman padi terserang keong emas, maka dapat menyebabkan kerusakan serius, terutama pada fase awal pertumbuhan. Bahkan, berpeluang banyak mati dan gagal panen.
Selain itu, ketergantungan yang tinggi terhadap pupuk kimia juga dapat merusak tanah serta berimbas pada tanaman padi. Apalagi pemakaian pupuk kimia sudah berlangsung lama.
Keprihatinan terhadap persoalan yang mengancam keberlanjutan hasil panen petani tanaman padi tersebut mendorong mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Arif Reksa Pambudi menciptakan ekosistem bernama, Agriverse.
Tujuan Agriverse antara lain membantu meningkatkan produktivitas lahan dengan mengolah hama menjadi pupuk organik cair (POC). Selain itu melalui Agriverse, gencar dikembangkan POC berbasis keong emas.
“Hama keong emas biasanya menjadi momok bagi petani, tapi bisa kami proses menjadi biofertilizer yang mengandung mikroorganisme dan mampu meningkatkan produktivitas lahan secara signifikan,” ungkap Arif, baru-baru ini.
Inovasi tersebut, lanjutnya, tak hanya efektif memberantas hama, tetapi juga mengolah dan meningkatkan kesuburan tanah dengan POC berbasis keong mas.
Baca Juga: Soal Kenaikan PBB-P2 Pati, Mulai Muncul Pihak Pro-Kontra Rencana Aksi Demo Pajak
Dengan kata lain, Agriverse mencoba menjawab keresahan petani yang setiap musim harus menghadapi serangan hama.
Pada saat yang sama harus menggunakan pupuk kimia yang semakin menurunkan kesuburan tanah.
“Konsepnya adalah circular agriculture, sehingga hama dapat diolah menjadi pupuk yang digunakan untuk menghasilkan produk pertanian berbahan dasar organik,” terang Arif.
Baca Juga: Pencarian Korban Laka Laut di Pantai Watutogok Gunungkidul, Tim SAR Temukan Mukena dan Obat Penenang
Adapun uji coba yang dilakukannya bersama tim, antara lain menunjukkan, penggunaan pupuk organik biofertilizer dari Agriverse telah meningkatkan hasil panen petani.