HARIAN MERAPI - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo hingga saat ini masih siaga bencana alam.
Hal tersebut karena curah hujan tinggi dan berdampak pada kerawanan banjir, tanah longsor dan angin kencang. Sejumlah wilayah rawan sudah dipantau dengan penempatan petugas.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Selasa (15/4) mengatakan, kerawanan bencana alam masih tinggi. Karena itu saat ini BPBD Sukoharjo masih siaga dengan pemantauan penuh wilayah dan penempatan petugas.
"Curah hujan masih tinggi dan debit air Sungai Bengawan Solo juga tinggi. Di beberapa wilayah dipantau khusus petugas karena beberapa kali terdampak luapan Sungai Bengawan Solo," ujarnya.
Baca Juga: Tahukah Anda gula penyebab diabetes ? Ternyata tak hanya dari makanan manis, tapi juga dari ini
Ariyanto menjelaskan, dalam beberapa hari terakhir curah hujan tinggi terjadi pada petang hingga malam hari. Namun demikian dibeberapa wilayah curah hujan tinggi terjadi siang dan sore.
Dampak dari kejadian tersebut membuat debit air Sungai Bengawan Solo mengalami kenaikan signifikan. Akibatnya kerawanan banjir di sejumlah wilayah ikut meningkat.
BPBD Sukoharjo mencatat beberapa wilayah rawan banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo seperti di Kadokan, Nusupan, Grogol, Tegalmade, Mojolaban dan Laban, Mojolaban. Wilayah tersebut beberapa terdampak luapan air dengan intensitas rendah dan sedang.
"Petugas gabungan dan semua peralatan yang dibutuhkan dalam penanganan bencana alam masih siap sepenuhnya," lanjutnya.
Selain banjir, kewaspadan bencana alam juga dilakukan BPBD Sukoharjo terhadap tanah longsor dan angin kencang. Khusus tanah longsor dipantau di wilayah Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu yang memiliki geografis berbukit.
Ariyanto Mulyatmojo menambahkan sejumlah wilayah di Kabupaten Sukoharjo rawan banjir kiriman seperti Kecamatan Nguter dan Polokarto dimana air berasal dari atas Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar.
Air mengalir mengalami Kali Samin dan Kali Jlantah sebelum dialirkan ke Sungai Bengawan Solo. Wilayah Kecamatan Weru banjir kiriman berasal dari air aliran sungai di Cawas, Kabupaten Klaten. Selain itu, wilayah Kecamatan Kartasura merupakan wilayah yang mendapat aliran air dari pegunungan di Kabupaten Boyolali.
"Kalau di atas gunung di daerah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar curah hujan tinggi maka air akan mengalir dalam jumlah banyak masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo yang secara geografis letaknya lebih rendah. Apabila terjadi dalam waktu bersamaan dan volume air besar maka akan berdampak banjir. Itu seperti yang terjadi banjir bandang di Bogor Jawa Barat lalu. Jadi kami ikut mewaspadai potensi kerawanan seperti itu," lanjutnya.
Baca Juga: Ditarget 60.255 hektare, Sukoharjo siap realisasikan tiga kali tanam padi