HARIAN MERAPI - Uji coba rekayasa lalu lintas Sistem Satu Arah (SSA) Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading akan dimulai, Senin (10/3) besok. SSA di Jalan Gading - Nirbaya ini akan diberlakukan selama satu bulan ke depan.
Seperti disepakati bersama, sistem satu arah ini akan diterapkan guna mengurangi dan mencegah makin melebarnya deformasi di Plengkung Nirbaya. Sistem ini hanya memperbolehkan kendaraan melintas dari utara (dalam beteng) menuju selatan (luar beteng). SSA ini adalah tahap pertama rekayasa lalu lintas Plengkung Nirbaya.
Nantinya arus lalu lintas dari Jalan MT Haryono, DI Panjaitan, dan Mayjend Sutoyo tidak diperbolehkan untuk masuk menuju Plengkung Nirbaya yang terletak di Jalan Gading. Uji coba SSA ini akan diberlakukan setiap hari selama 1 bulan, pada pukul 07.00 WIB - 09.00 WIB dan 15.00 WIB - 17.00 WIB.
Baca Juga: Wali Kota Yogyakarta Gelar Open House Perdana, Ini Daftar Keluh Kesah yang Disampaikan Warga
"Kami berharap seluruh pengguna jalan dapat menyesuaikan diri dengan peraturan lalu lintas yang berlaku, mematuhi rambu-rambu lalu lintas, mengikuti petunjuk dari petugas di lapangan, serta mengutamakan keselamatan saat berkendara," ujar Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DIY, Rizki Budi Utomo, Jumat (7/3), dilansir dari laman Pemda DIY.
Selama Sistem Satu Arah ini diterapkan, akan dilakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap kendaraan yang melewati area Plengkung Nirbaya. Termasuk, larangan keras terhadap Bus Pariwisata atau kendaraan sejenisnya yang melewati batas tinggi yang diperbolehkan untuk melintas, untuk masuk pada kawasan Plengkung Nirbaya.
Hasil kajian Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Plengkung Nirbaya mengalami kerusakan serius, termasuk retakan yang dapat mengancam keselamatan bangunan. Kerusakan ini disebabkan berbagai faktor, termasuk getaran dari kendaraan yang melintas. Untuk mencegah perluasan deformasi, langkah-langkah pencegahan telah dilakukan sejak 2019, termasuk perbaikan fisik dan biologis pada struktur bangunan.
Baca Juga: Tradisi Saparan Wonolelo di Ngemplak Sleman, budaya mengenang Ki Ageng Wonolelo
"Penanganan karena faktor manusia secara langsung juga telah dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan memasang pagar pembatas meskipun belum efektif. Bahkan, sering terjadi pembobolan gembok pagar pembatas oleh oknum yang tidak bertanggungjawab," jelas Rizki.
Namun, untuk upaya penanganan penyebab karena aktivitas manusia dan kendaraan yang bersifat langsung dan repetitif belum dilakukan. Hal ini karena berhubungan dengan mobilitas masyarakat di jalan raya. Untuk itu, setelah melalui berbagai kajian, Rizki menyebut, harus segera dilakukan rekayasa lalu lintas untuk mencegah deformasi semakin meluas.
"Beberapa kejadian sebelumnya menunjukkan bahwa kendaraan berdimensi besar sering kali melanggar rambu-rambu larangan, berpotensi merusak dinding plengkung. Dengan adanya rekayasa ini, beban lalu lintas di sekitar Plengkung Nirbaya dapat diminimalisasi, sehingga struktur bangunan dapat terjaga dengan baik," kata Rizki.
Baca Juga: Miras Oplosan Makan Korban, Polda DIY dan Polres Bantul Lakukan Ekshumasi Jenazah Perempuan
Akademisi UGM, Ir Ikaputra MEng PhD mengatakan, Plengkung Nirbaya menghadapi tantangan serius terkait kondisi fisiknya. Terdapat potensi kerusakan struktur bangunan dinding Baluwarti di sisi selatan yang berupa retakan, hingga pada area Plengkung Nirbaya. Kerusakan ini tidak hanya mengancam keindahan arsitektur, tetapi juga keselamatan pengunjung.
Identifikasi telah dilakukan Dinas Kebudayaan DIY bahwa ada retakan pada lantai yang menyebabkan amblas hingga sekitar 10 cm. Selain itu, bagian tepi lantai Plengkung Nirboyo juga mengalami kerusakan, dengan pecahan dan kelupasan di beberapa sudut.