HARIAN MERAPI - Industri khususnya PT Sritex yang saat ini dihadapkan masalah pailit diminta harus tetap buka.
Apabila pabrik PT Sritex tutup maka berdampak perekonomian terancam mati. Hal ini disebabkan karena buruh terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pelaku usaha di sekitar pabrik seperti warung makan, pengelola parkir kendaraan, rumah kos dan lainnya kehilangan sumber pendapatan
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Sukoharjo Sumarno, Rabu (30/10/2024) mengatakan, sudah ada upaya dilakukan pemerintah pusat terkait masalah yang dihadapi PT Sritex setelah sebelumnya dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang.
Baca Juga: Fokus perkuat fundamental kinerja, BRI cetak laba Rp 45,36 triliun, ini data lengkapnya
Hasilnya tidak ada PHK besar-besaran terhadap buruh. Produksi tetap masih berjalan normal seperti biasa.
Kondisi tersebut membuat Pemkab Sukoharjo lega dengan perkembangan PT Sritex. Sebab pabrik tersebut memiliki perputaran ekonomi sangat besar bagi masyarakat sekitar hingga pemerintah pusat.
"Sektor industri memiliki peran besar perekonomian lokal, daerah dan nasional. Sebab pabrik tersebut memiliki ribuan hingga puluhan ribu buruh," katanya.
"Selain itu, di lingkungan sekitar pabrik ekonomi tumbuh dengan banyaknya warga membuka warung makan, tempat parkir kendaraan, rumah kos dan lainnya. Jadi PT Sritex diminta tetap buka karena ada 20.000 buruh bekerja disana dan ribuan orang disekitar pabrik menggantungkan ekonomi. Kalau pabrik tutup maka dampaknya sangat besar dan ekonomi terancam mati," lanjutnya.
Baca Juga: Heboh Kasus Pemerkosaan Kakak-Adik di Purworejo, Polisi Periksa 20 Saksi
Disperinaker Sukoharjo terkait masalah pailit PT Sritex tidak hanya berkoordinasi dengan pusat saja. Tapi juga memberikan pengertian kepada masyarakat khususnya warga di sekitar pabrik. Sebab banyak pelaku usaha kecil disana ikut resah menanyakan kondisi PT Sritex.
"Banyak warga yang tanya. Mereka khawatir pabrik tutup dan usaha yang dijalankan akan sepi dan terancam ikut tutup juga," lanjutnya.
Sumarno mencontohkan, beberapa kejadian pabrik di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukoharjo tutup beberapa tahun lalu.
Ribuan buruh terkena PHK. Selain itu pelaku usaha kecil di lingkungan pabrik secara perlahan mengalami penurunan pendapatan karena sepi. Lama kelamaan usaha warga seperti warung makan, tempat parkir dan rumah kos tutup.