HARIAN MERAPI - Mantan narapidana terorisme yang kini telah bertobat Sodikin berbagi pengalamannya terjerumus dalam terorisme. Mantan anggota Jamaah Anshoru Daullah (JAD), ini divonis 3 tahun penjara.
Mantan narapidana terorisme Sodikin mengaku mengenal JAD pada medio 2018-an. Awalnya ia ditemui oleh temannya di Yogyakarta dan diiming-imingi belajar agama, sehingga ada keinginannya untuk memperdalam belajar ilmu agama.
"Setelah ngobrol-ngobrol, saya mulai tertarik untuk mempelajari agama," kata mantan narapidana terorisme Sodikin, Selasa (20/8/2024).
Menurutnya, rekrutmen yang dilakukan aliran JAD ini adalah dengan cara metode dakwah personal. Tanpa menaruh curiga, Sodikin lantas tertarik dan mulai untuk mengikuti ajaran yang disampaikan oleh temannya tersebut.
"Dakwah personal, satu persatu rumah ke rumah, untuk merekrut," tandasnya.
Setelah mengikuti aliran JAD, Sodikin tidak mengetahui kalau dilarang pemerintah. Alhasil dirinya diamankan Densus 88 Mabes Polri.
Selama berada di penjara, ia mengalami masa introspeksi diri yang panjang dan menyadari kesalahan-kesalahannya. Hingga akhirnya ia mulai membuka diri dan kembali ke pelukan keluarga.
Baca Juga: Cak Imin Minta Anies Baswedan Sabar Hadapi Pilkada Jakarta 2024
"Keluarga tidak tahu. Mereka tahunya saya ngaji seperti pada umumnya," tandasnya.
Setelah bebas, Sodikin berharap tidak ada lagi masyarakat yang terpapar radikalisme dan terorisme. Ia menyadari fanatisme terhadap satu organisasi telah menjerumuskannya.
"Dulu saya menganggap kelompok saya yang paling benar dan mengkafirkan pihak lain," ungkapnya.
Baca Juga: Thierry Henry Mundur Melatih Timnas Prancis U-23
Ia berpesan kepada mantan koleganya di JAD untuk segera membuka diri dan bertobat. Menurutnya, memiliki sudut pandang yang sempit membuat seseorang merasa paling benar, yang justru menghambat dakwah Islam.