HARIAN MERAPI - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bergerak di bidang makanan merasakan dampak besar kenaikan harga kebutuhan pokok pangan salah satunya beras.
Harga beras tinggi membuat biaya produksi naik dan merugikan karena pendapatan yang diterima tetap.
Pelaku usaha masih bertahan dan belum menaikkan harga meski harga beras tinggi.
Baca Juga: Kapal tenggelam di Perairan Wawonii Sultra, begini nasib delapan korban
Pelaku UMKM usaha warung makan di Kartasura Sudadi, Rabu (28/2/2024) mengatakan, harga kebutuhan pokok pangan yang menjadi komponen penting usaha warung makan semuanya mengalami kenaikan.
Bahkan harga beras terus melambung tinggi. Kondisi tersebut membuat beban usaha menjadi semakin berat.
Sebab biaya produksi terus bertambah. Sedangkan pendapatan justru tetap bahkan cenderung menurun karena sepinya pembeli.
"Kalau usaha warung makan itu yang paling penting beras. Kalau harga beras terus naik jelas memberatkan," katanya.
Baca Juga: UNS digoyang isu korupsi, Kejati Jateng tunggu audit investigasi, ini nilai kerugiannya
"Kemudian bahan pokok penting lainnya untuk usaha saya seperti minyak goreng, cabai, telur ayam dan daging ayam. Itu harganya masih tinggi semua," lanjutnya.
Sudadi mengaku, terpaksa tetap bertahan dengan kondisi beban tinggi menjalankan usahanya.
Sebab biaya produksi yang harus dikeluarkan dilakukan penghitungan cermat agar tidak merugi.
"Untuk harga makanan yang saya jual tetap tidak ada kenaikan. Cuma porsi saja yang dikurangi. Itu juga sudah diprotes pembeli katanya makan menjadi sedikit di sini," lanjutnya.
Baca Juga: Pertamina Berbagi Aksi Nyata Jaga Kesehatan Mental Pekerja dengan Dukung Program 1.000 Manusia Bercerita,
Pelaku UMKM Sukoharjo Endang Surya mengatakan, usaha katering yang dijalani menyesuaikan dengan kondisi perkembangan harga bahan pokok di pasaran.