Tragis, 40 warga Babel tewas diserang buaya, ini penyebabnya....

photo author
- Rabu, 28 Februari 2024 | 19:55 WIB
Ilustrasi - Tangkapan layar kemunculan buaya besar sedang memakan bangkai binatang di Desa Bangkuang Makmur, Kecamatan Mentawa Baru, Ketapang, Kotawaringin Timur, Rabu (17/2/2021) ( ANTARA/Istimewa)
Ilustrasi - Tangkapan layar kemunculan buaya besar sedang memakan bangkai binatang di Desa Bangkuang Makmur, Kecamatan Mentawa Baru, Ketapang, Kotawaringin Timur, Rabu (17/2/2021) ( ANTARA/Istimewa)

HARIAN MERAPI - Sebanyak 40 warga Kepulauan Babel tewas diserang buaya dalam lima tahun terakhir, sebagai dampak kerusakan lingkungan akibat penambangan bijih timah ilegal.

"Konflik antara manusia dengan buaya dalam lima tahun terakhir ini meningkat karena kerusakan lingkungan," kata Tim Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Babel Bayu Nanda saat menjadi pembicara pada Diskusi Publik Konflik Buaya dan Manusia di Pangkalpinang, Rabu (28/2/2024).

Ia mengatakan hasil penelitian yang dilakukan Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Kepulauan Babel dalam lima tahun terakhir ini tercatat 154 kasus konflik antara buaya dan manusia.

Baca Juga: 10 Jabatan Kades di Kabupaten Karanganyar Kosong, Ini Penyebabnya

Rinciannya, 48 penangkapan buaya, 66 serangan buaya nonfatal dan 40 serangan buaya mengakibatkan korban tewas yang tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang.

"Itu angka kasus konflik buaya dan manusia hanya yang terdata dan terekspos di media massa, sementara yang tidak terdata sangat banyak sekali," katanya seperti dilansir Antara.

Ia menyatakan ada banyak kasus serangan buaya ini yang tidak terdata, karena keluarga korban tidak mau mengekspos ke publik.

Baca Juga: UNS digoyang isu korupsi, Kejati Jateng tunggu audit investigasi, ini nilai kerugiannya

"Dalam pekan ini setidaknya kami bertemu tiga korban serangan buaya ini dan dari tiga korban tersebut hanya satu yang terdata, sementara dua lainnya tidak terdata," katanya.

Menurut dia konflik buaya dan manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung karena kerusakan lingkungan habitat buaya di sungai, dan hutan mangrove akibat penambangan bijih timah ilegal.

Selain itu, ketersediaan makanan seperti ikan di sungai untuk makanan buaya ini semakin berkurang dampak dari kerusakan lingkungan tersebut.

"Kerusakan lingkungan dampak penambangan bijih timah ilegal ini mengakibatkan tempat buaya berkembang biak dan mencari makan semakin berkurang, sehingga buaya ini masuk ke pemukiman warga," katanya.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X