HARIAN MERAPI - Desa Tangguh Bencana (Destana) didorong aktif membantu kewaspadaan bencana alam di wilayah masing-masing. Penanganan cepat dilakukan kepada warga mengingat curah hujan tinggi.
Sedangkan desa yang belum terbentuk Destana diharapkan ikut aktif membantu mewaspadai bencana alam dengan mendorong peningkatan kemampuan tanggap bencana alam pada masyarakat hingga lapisan terbawah tingkat RT dan RW bahkan ke rumah tangga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Senin (4/12/2023) mengatakan, curah hujan tinggi harus diwaspadai semua pihak. Tidak hanya dari jajaran pemerintahan saja, melainkan juga melibatkan warga masyarakat khususnya di wilayah rawan bencana alam.
Baca Juga: Rutin dikonsumsi, asupan berbahan kacang koro dukung kesehatan sistem saraf pusat dan imunitas tubuh
BPBD Sukoharjo melakukan langkah kewaspadaan bencana alam tersebut dengan mendorong peran Desa Tangguh Bencana (Destana). Keberadaan Destana sangat penting dan menjadi bagian memberikan edukasi kepada warga terhadap peningkatan kemampuan tanggap bencana alam.
"Terus dilakukan sosialiasi dan edukasi pada warga. Tidak hanya menyentuh tingkat RT dan RW saja, tapi juga keluarga. Sebab mereka juga rawan jadi korban terlebih lagi yang tinggal di wilayah rawan bencana alam seperti di bantaran Sungai Bengawan Solo atau perbukitan," ujarnya.
BPBD Sukoharjo juga melibatkan pihak terkait lainnya dalam membantu memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait tanggap bencana alam. Sebab keterlibatan banyak pihak dikatakan Ariyanto akan sangat membantu dan mempercepat akses dalam pemberian materi dan peningkatan kemampuan.
"Terpenting itu orang per orang harus punya kemampuan dan tahu harus bagaimana saat bencana alam terjadi. Jadi tidak hanya sekedar ikut-ikutan saja tapi sudah punya modal kemampuan menyelamatkan diri sendiri, keluarga dan orang sekitarnya," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo sekarang juga sedang gencar melibatkan pemerintah desa dan kelurahan untuk membantu mengantisipasi terjadinya bencana alam termasuk mengedukasi warga. Sasaran kedepan juga akan menjangkau anak-anak.
Ariyanto mengatakan, desa dan kelurahan masing-masing memiliki risiko kerawanan bencana alam sendiri. BPBD Sukoharjo berharap semua desa dan kelurahan di Kabupaten Sukoharjo kedepan bisa membentuk Destana. Hal ini dilakukan untuk mempercepat penanganan sekaligus tanggap bencana alam ditengah kondisi perubahan cuaca ekstrem.
Kondisi cuaca yang sulit diprediksi dengan perubahan ekstrem harus direspon cepat. Kewaspadaan penuh bencana alam dilakukan dengan melibatkan pemerintahan ditingkat desa dan kelurahan. Hal itu sejalan dengan program pemerintah terkait keberadaan Destana.
Destana memiliki peran besar dalam mengantisipasi sekaligus menanggani terjadinya bencana alam ditingkat desa dan kelurahan. BPBD Sukoharjo mencatat sampai sekarang baru ada 11 desa dari total 167 desa dan kelurahan yang sudah terbentuk Destana.
Sebelas Destana tersebut yakni di Kecamatan Polokarto ada tiga Destana Desa Pranan, Desa Bugel dan Desa Ngombakan, di Kecamatan Mojolaban ada tiga Destana Desa Tegalmade, Desa Laban dan Desa Gadingan, di Kecamatan Grogol ada tiga Destana Desa Pandeyan, Desa Telukan dan Desa Kadokan, di Kecamatan Baki ada satu Destana Desa Ngrombo dan di Kecamatan Weru ada satu Destana Desa Tegalsari