“Artinya bisa mengetahui, apakah telur layak konsumsi atau sudah mulai rusak. Tak hanya untuk telur ayam, alat ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi telur bebek, puyuh hingga angsa,” urainya.
Ditambahkan Aini, inovasi tersebut pernah dikembangkan bersama Romadhani Syahputra ST MT (Alm.), Dosen Teknik Elektro UMY. Proses pembuatan memakan waktu kurang dari satu tahun.
Sedangkan biaya produksi di bawah Rp 200.000 per unit. Ke depan, ia berencana mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) agar alat tersebut tak hanya untuk mendeteksi kualitas telur.
Namun, mampu pula menampilkan kandungan protein dan albumin telur secara detail.
Dengan demikian, alat pendeteksi kualitas telur tersebut bisa pula menjadi media edukasi gizi interaktif. *