Sementara dari lima keris warisan leluhurnya itu, Eyang Sri hanya menyisakan satu keris berdapur tilam upih. Menurutnya, keris dapur tilam upih harus dimiliki oleh orang kasepuhan seperti dirinya.
Menurutnya pula, keris tilam upih miliknya juga hanya mau ikut dengan orang yang sudah memiliki lambaran batin yang kuat.
Dalam khazanah perkerisan, tilam upih memang kental bernuansa kasepuhan.
Baca Juga: Petung Jawa weton Selasa Pahing 13 September 2022, bakat di bidang jasa atau jual beli
Nama tilam upih bahkan berarti tikar dari anyaman daun yang digelar sebagai alas tidur.
Artinya, keris tersebut memang memiliki filosofi laku laku tirakat dan prihatin.
Cocok bagi para sesepuh yang gentur laku tirakat, dan gemar mesu budhi mengasah kehalusan batin. Tuahnya bahkan dipercaya mampu membuat teman atau pengikut setia dalam suka maupun duka.
Eyang Sri mengatakan, keris tilam upih miliknya tergolong istimewa. Setiap kali mengadakan ritual atau tirakat di tempat keramat, keris itu memberi tanda untuk diajak.
Suatu ketika, keris itu pernah menunjukkan keelokannya dengan mengeluarkan sinar biru di sisi kanan dan kiri bilahnya.
Menurutnya, cahaya yang keluar dari keris itu merupakan energi dari Sang Mpu pembuatnya. Bukan khodam atau jin.
Dia mengatakan, memang ada kemungkinan keris berisi arwah, jin atau roh.
Namun dia mengingatkan, bahwa keris itu tidak untuk disembah. Sebab, kekuatan keris itu juga hanya ada karena Kuasa Tuhan YME.
Eyang Sri tidak menampik, jika di zaman sekarang ini keris hanya dianggap sebagai klangenan atau identitas budaya.
“Tapi kalau mau kembali kepada cara lama, keris bisa menunjukkan kelebihannya,” kata Eyang Sri, memungkas. *