Sehari-harinya warga sekitar memanfaatkan mata airnya untuk berbagai keperluan dengan mengedepankan norma yang diyakini.
Sebab warga desa percaya ada makhluk gaib yang lebih dahulu menghuni sebelum manusia.
Baca Juga: Bikin merinding melihat penampakan saat Asih giliran tugas malam di rumah sakit
Karena itu setahun sekali pada hari Jumat legi diadakan ritual nyadran sendang sebagai perwujudan rasa syukur kepada Yang Maha Esa.
Karena hanya atas rahmat dan karunianya, manusia dan makhluk lainnya dapat hidup selaras.
Inti dari ritual ini adalah bergotong royong membersihkan dan menguras sendang serta kondangan.
Setiap rumah membawa nasi ambeng sederhana yang terdiri dari dua macam bahan yaitu nasi dan mie goreng.
Berjalannya waktu, generasi muda dengan paham barunya mulai menjejalkan pemahamannya.
Ritual sederhana yang sudah turun temurun dianggap sebagai perbuatan haram. Ritual pun ditinggalkan.
Suatu kali Tyas mengunjungi ibu, di kampung kelahiran.
Setelah menikah ia memang tinggal bersama suami, beda Kecamatan.
Ibu yang sedang menyiapkan nasi ambeng, mencuatkan tanya Tyas.'
"Kondangan ke mana, Bu?"
"Sendang. Sekarang digiatkan lagi setelah kejadian kemarin."