harianmerapi.com - Ada mitos yang msih dipercaya di sebuah dusun bagi para calon pengantin. Yakni harus menjalani ritual mandi kembang di belik keramat dusun tersebut
Sebelum iring-iringan kebo giro terdengar, Nur harus melaksanakan ritual terlebih dahulu. Sebetulnya ia tidak percaya dengan segala mitos yang berlaku di daerahnya.
Setiap perempuan yang akan melepas masa lajangnya mau tidak mau harus menjalankan ritual sebagaimana mestinya.
Baca Juga: Enam Pilar Kebahagiaan Berkeluarga, Salah Satunya Menciptakan Kehidupan Beragama
Bagaimana bisa, seorang sarjana hukum mempercayainya. Belik mata air yang tidak pernah kering sejatinya digunakan untuk kebutuhan masyarakat tidak perlu dikeramatkan.
Nur berharap jikalau harus menggunakan adat tradisi yang sewajarnya saja. Mandi kembang tujuh rupa dengan tujuh sumber mata air sepertinya sudah cukup tidak perlulah pergi ke belik.
Ia kerap bersitegang dengan orang tuannya perihal ritual tersebut.
“Bu, sejujurnya Nur keberatan jika harus mandi kembang di belik.”
“Tidak usah khawatir Nur, mengenai aurat sudah diubengi jarik dan tidak ada laki-laki di sana.”
“Mengapa kita percaya dengan mitos Bu?”
Baca Juga: Beli Es Krim Gadis Kecil Buang Uang Kembalian Rp500 dan Pengalaman Pertama Masuk Kafe Minum Kopi
“Bukan masalah percaya dan tidak percaya ini adalah tradisi leluhur yang perlu dilestarikan. Jadi diniatkan saja nguri-uri budaya.”
Pernyataan ibu rupaya dapat diterima Nur. Keesokan harinya ritual pun digelar. Para remaja mengiringi Nur menuju belik. Sesampainya di belik Nur mulai ragu, aura mistik begitu kental.
Belik itu berada di bawah pohon besar yang Nur Sendiri tidak pernah melihat sebelumnya. Tempatnya begitu lembab dikelilingi pohon-pohon rindang.
Satu persatu keluarga mulai mengguyurkan air di tubuhnya. Sejak tadi pandangan mata Nur tertuju pada dasar belik. Seperti ada sesuatu di dalam sana.
Baca Juga: Aneka Khasiat Simbar Menjangan untuk Kesehatan, Salah satnya Mengatasi Gondok
Nur pun lebih fokus mengamati belik ketimbang prosesi siraman. Tidak lama kemudian ada yang berenang ke permukaan.