Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 3: Warga Memilih Calon Pemimpin Baru, Muncul Nama-nama sebagai Jago
Namun hati Lola sudah mati untuk Puma.
Kebenciannya sudah mencapai titik paling dalam, sehingga semakin Puma banyak omong, maka justru semakin muak yang dirasakan Lola.
"Sudahlah, pembicaraan kita tidak akan ada gunanya. Aku lelah dan ingin istirahat. Silakan kang Puma pergi dari rumah ini," kata-kata tegas itu membuat Puma naik juga emosinya.
Puma sudah tak sabar segera mengambil keputusan tegas.
Pada sisi lain, ia juga sudah tidak kuat menahan nafsu birahi untuk menggauli Lola.
Sejak bertemu Puma mencoba menahan gairah yang mmenggelora dalam dadanya.
Ia berharap Lola bisa diajak bicara baik-baik sehingga tak perlu lagi ada unsur pemaksaaan.
Namun kekerasan hati Lola membuat Puma menjadi lepas kendali.
Kecantikan wajah Lola yang kini sudah berda di depan matanya, sungguh membuat ia tak sabar lagi.
Dan Puma melihat, sepertinya Lola memang tidak bisa untuk dibujuk dengan cara halus.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 5: Warga Berbondong-bondong untuk Pesta Demokrasi Memilih Pemimpin Baru
"Baiklah kalau seperti itu maumu, aku pergi," kata Puma sambil mendekati dan menjulurkan tangannya yang seolah-olah mengajak untuk bersalaman.
Namun dalam hati Puma sudah ada niat lain, agar nafsunya bisa tersalurkan. (Bersambung) *