HARIAN MERAPI - Keris yang bernilai adiluhung, pada relief Candi Penataran di Blitar menggambarkan ciri keris modern
Dalam cerita rakyat maupun sejarah disebutkan Pangeran Hadiwijaya raja Pajang sebagai ahli strategi.
Beliau tahu Arya Penangsang mempunyai kuda jantan jenius bernama Gagak Rimang yang memiliki satu batin dengan tuannya.
Kemana pun penunggang memikir tentang tujuan, kesana juga Gagak Rimang berlari tanpa harus dikendalikan.
Terkait dengan masalah ini, Hadiwijaya menyuruh Danang Sutowijaya menantang Arya Penangsang di saat musim berahi kuda dan menyuruh Danang memakai kuda betina.
Strategi lainnya, Danang disuruh datang terlebih dahulu dan mengambil posisi di atas bukit agar mudah mengincar Penangsang.
Pada hari-H, Danang sudah berada di lereng bukit bagian atas terlebih dahulu.
Ketika Penangsang datang, kudanya yang secara alami berada di puncak birahi, melihat kuda betina tunggangan Danang menjadi tidak terkendali.
Pada kondisi seperti ini dengan mudah Danang dapat menusukkan tombak Kyai Plered ke perut Arya Penangsang.
Baca Juga: Keris yang bernilai adiluhung 3: Mpu Gandring mengeluarkan kutukan kaena dibunuh Ken Arok
Tombak bertuah ini berhasil merobek badan kebal Penangsang dan mengakibatkan ususnya terburai.
Walau pun mengalami luka parah dan amat kritis seperti ini, Arya Penangsang kembali tegak berdiri dan menguntaikan ususnya ke gagang keris sendiri dan berlari mendekati Danang.
Ketika dekat, Aryo Penangsang menarik kerisnya.