Sendirian, dengan membawa sentolop Mbah Wargo mencari sumber suara tersebut.
“Hah?!”, ucapnya heran.
Baca Juga: Harta Itu Dibutuhkan, Berikut Empat Sikap Muslim Terhadap Harta
Ternyata suara meminta tolong itu berasal dari pucuk sebuah pohon kelapa setinggi duapuluh lima meter.
Lampu senternya pun diarahkan ke pucuk pohon.
Tampak seorang perempuan duduk ongkang- ongkang di atas sebuah kelopak daun kelapa.
Diamati dengan seksama, Mbah Wargo semakin heran.
Betapa tidak?! Perempuan yang duduk ongkang- ongkang di ketinggian duapuluh lima meter itu tidak lain tidak bukan adalah...Tami, istri Barudi.
Mbah Wargo pun mengajak warga untuk menurunkan Tami dari pucuk pohon kelapa.
Baca Juga: Cerita Horor Datang Pagi-pagi di Ruang Laboratorium Sekolah, Melihat Ada Penampakan ....
Dengan sangat hati-hati Tami berhasil diturunkan.
Sampai di bawah, Tami tidak bisa bercerita banyak.
Pasangan pengantin baru itu hanya berpelukan erat dan meneteskan airmata. Baru ketika sampai rumah, Tami bisa berceritera banyak.
“Tadi pagi itu aku diajak mendaki gunung sama Mas Kumbino, seniorku, Mas”, ujar Tami dengan sedikit terisak. Barudi kaget mendengar ujaran istrinya.
“Lho. Bukankah Mas Kumbino sudah meninggal dunia tujuh tahun yang lalu? Karena terjatuh di sebuah jurang di gunung Merapi?”, ujar Barudi spontan.