harianmerapi.com - Ken Tambangraras dan Sebuah Cinta yang Hilang. Rangga Janur dan Gagakrimang yang diutus untuk mengantar lukisan wajah Amongraga menyempatkan mampir sebentar ke pertapaan Gunung Wilis.
"Eyang Wilis, sowanku kemari ingin minta doa restu sehubungan aku mendapatkan tugas yang sangat berat dari Kanjeng Adipati Menak Pesagi, untuk memberikan gambar lukisan wajah Ki Sawojajar ini ke Wanamerta," kata Rangga Janur.
"Ya. Niatmu yang baik aku restui sedangkan niat yang tidak baik tidak aku setujui. Hati-hatilah dengan godaan wanita cantik." jawab Eyang Wilis berpesan.
"Terima kasih, Eyang Wilis."
Rangga Janur dan Gagakrimang melanjutkan perjalanannya. Sampai di Wanamerta hari sudah malam. Suara burung-burung malam sudah terdengar, di langit bintang-bintang mulai berkelipan.
Keluarga Wanamerta tidak jenjem, malam itu merasakan kegelisahan, ada firasat yang menunjukkan malam itu ada hal yang tidak wajar bakal terjadi.
"Hati-hatilah, Raras. Waspadalah jika malam ini terjadi sesuatu!" berkata Kyai Bayan Panuarto kepada anak putrinya mengemukakan panggraitanya.
Ken Tambangraras wanita cantik itu mengangguk. Dia juga merasakan hal seperti itu makanya ia merasa perlu untuk waspada.
Gelap malam pun tiba mengerudungi bumi, kunang-kunang beterbangan kian kemari seakan menjadi lampu-lampu kecil yang menerangi.
Di sela-sela kegelapan itulah Rangga Janur dan Gagakrimang secara diam-diam memasuki halaman rumah Kyai Bayan Panuarto.
Mereka mengendap-endap supaya tidak ketahuan para peronda kampung dan para penjaga rumah Joglo besar itu.
Bersama-sama mereka berdua kemudian menebar sirep agar para penjaga itu tertidur pulas, senjata mereka lalu dilucuti.
Kemudian keduanya mendekati pintu, ternyata dikunci. Rangga Janur membaca mantra khusus lalu ditiupnya selarak, terbukalah pintunya.