Para tamu atau warga dari daerah lain kemudian diperkenankan berbondong-bondong datang ke Krapyak pada tanggal 8 Syawal untuk bersama ikut merayakan tradisi lopis raksasa ini.
Baca Juga: Tim SAR Hentikan Pencarian Tiga Nelayan Hilang di Perairan Gunungkidul, Ini Alasannya
Makanan lopis mengandung suatu nilai filosofis tentang persatuan dan kesatuan seperti tertuang dalam sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.
Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid mendorong pada warga Kelurahan Krapyak agar kegiatan pemotongan lopis raksasa ini perlu dijaga dan dipelihara bersama sebagai tradisi dan budaya turun temurun yang dimaksudkan untuk mempererat tali silahturahmi antara masyarakat Krapyak dan dengan warga daerah sekitarnya karena sifat lopis adalah lengket.
"Alhamdulillah pada hari ini ada tradisi Syawalan berupa festival lopis raksasa di Kelurahan Krapyak dapat berjalan dengan lancar. Mudah-mudahan kita semua bisa memelihara tradisi asli dari Kota Pekalongan ini," katanya.
Baca Juga: Ini Dia Son Suk Ku, Pemeran Mr Gu yang Misterius di Drama Korea My Liberation Notes
Dalam pengemasannya, lopis raksasa itu dibungkus dengan daun pisang, diikat dengan tambang, dan kemudian direbus selama empat hari tiga malam, sehingga membuat butiran ketan itu merekat kuat dan tidak tercerai berai.
Sementara itu pemilihan daun pisang sebagai pembungkus juga ada maknanya. Ia dinilai sebagai simbol perjuangan karena tak mau mati sebelum berbuah dan beranak yang banyak. Dengan kata lain, dia tak mau mati sebelum berjasa dan meninggalkan generasi penerus sebagai penyambung estafet perjuangan.
Proses pembuatan lopis raksasa membutuhkan waktu selama empat hari tiga malam. Dalam proses itu dibutuhkan anggaran paling tidak sebanyak Rp. 30 juta yang dananya berasal dari Pemerintah Kota sebanyak Rp 24 Juta dan sisanya menjadi swadaya warga. Selain itu dalam pembuatannya, dibutuhkan kejelian yang tinggi.
Sebelum lopis dijadikan rebutan warga, tokoh agama ataupun sesepuh masyarakat terlebih dahulu akan membacakan do’a bersama. Setelah itu baru lopis tersebut dipotong oleh Wali Kota Pekalongan dan kemudian dibagikan kepada para pengunjung yang hadir di lokasi itu.
Dengan hadirnya pengunjung yang memadati lokasi pemotongan lopis raksasa, tidak sedikit orang berdesakan-desakan bahkan sampai jatuh hingga makanan itu tumpah ke tanah.
Para pengunjung biasanya berebut untuk mendapatkan lopis tersebut guna memperoleh berkah.*