Tradisi Syawalan di Pekalongan, Potong Lopis Raksasa untuk 'Ngalap Berkah'

photo author
- Senin, 9 Mei 2022 | 21:30 WIB
Wali Kota Pekalongan, Jateng Afzan Arslan Djunaid melakukan pemotongan lopis raksasa untuk diberikan pada seorang tokoh masyarakat di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan, Senin (11/5/2022).  (FOTO ANTARA/Kutnadi)
Wali Kota Pekalongan, Jateng Afzan Arslan Djunaid melakukan pemotongan lopis raksasa untuk diberikan pada seorang tokoh masyarakat di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan, Senin (11/5/2022). (FOTO ANTARA/Kutnadi)

Adapun ukuran lopis raksasa yang dibuat warga di Kelurahan Krapyak Gang 8 dengan berat 1.820 kilogram, tinggi 222 centimeter, dan 250 centimeter.

Dalam pengemasannya, lopis raksasa itu dibungkus dengan daun pisang, diikat dengan tambang, dan kemudian direbus selama empat hari tiga malam sehingga membuat butiran ketan itu merekat kuat dan tidak tercerai berai.

Baca Juga: Piala Thomas, Indonesia Merombak Susunan Pemain untuk Redam Thailand

Sementara itu, pemilihan daun pisang sebagai pembungkus juga ada maknanya yaitu sebagai simbol perjuangan karena sifat pohon pisang adalah tak mau mati sebelum berbuah dan beranak yang banyak.

Dengan kata lain, pohon pisang tidak mau mati sebelum berjasa dan meninggalkan generasi penerus sebagai penyambung estafet perjuangan.

Proses pembuatan lopis raksasa membutuhkan waktu selama empat hari tiga malam. Dalam proses itu dibutuhkan anggaran puluhan juta yang dananya berasal dari bantuan Pemerintah Kota Pekalongan dan swadaya masyarakat setempat.

Besar dan kecilnya anggaran akan menyesuaikan dengan ukuran lopis yang akan dibuat. Selain itu, pembuatan lopis juga dibutuhkan kejelian yang tinggi agar makanan itu terasa lezat.

Baca Juga: Sholat Batal Gara-gara Suara Petir dan Masak Tumis Kok Malah Berbusa Ternyata Salah Masukkan Deterjen

Proses memasak lopis raksasa yang paling sulit adalah mengontrol api agar tetap stabil. Api tidak boleh terlalu besar dan tidak terlalu kecil karena jika tidak begitu maka uap air yang dihasilkan akan surut sehingga proses penguapan dan ukurannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Masyarakat pun lantas berebut untuk mendapatkan lopis yang konon mampu mendatangkan berkah atau keberuntungan bagi orang yang mendapat makanan itu.

Lopis sendiri merupakan makanan asli warga Kelurahan Krapyak yang bahan bakunya adalah beras ketan dan parutan kelapa ini memiliki daya rekat yang kuat apabila dimasak dengan benar.

Baca Juga: PSS Sleman Tunjuk Dewanto Rahadmoyo Sebagai Manajer Tim dan Agus Purwoko Manajer Operasional, Ini Programnya

Filosofi lopis

Seperti dilansir dari Pekalongankota.go.id bahwa tradisi lopis raksasa telah berlangsung selama lebih dari satu abad tepatnya pada tahun 1855 Masehi. Orang pertama yang menggelar tradisi ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso.

Pada awalnya, tradisi ini diadakan guna melakukan hari raya kembali pada tanggal 8 Syawal setelah mereka menjalankan puasa 6 hari di bulan Syawal. Selama menjalankan puasa enam hari itu, warga di Krapyak tidak menerima kunjungan tamu pada tanggal 2-7 Syawal.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X