Para prjurit yang berjaga-jaga juga tidak berdaya oleh aroma wangi yang meresap memasuki rongga dadanya.
Kanjeng Sinuwun Banten dan para adipatinya ternyata telah mengetahui ada kursi tahta yang turun dan diduduki seorang pria yang tampan, sekarang berada di belakang Pakeliran.
Kursi itu nampak mengeluarkan cahaya yang berkilauan dan wajahnya orang yang duduk itu kelihatan berseri-seri.
Sinuwun Banten lalu turun dari singgasananya dan mendekati Kanjeng Sultan Agung lalu duduk membungkuk di hadapan Kanjeng Sultan Agung,
“Mohon maaf, wahai Paduka yang datang. Siapakah paduka ini? Apakah paduka golongannya Dewa, Malaikat, atau Jin peri perayangan? Dan apakah maksud kedatangan paduka kemari?”, tanya Sinuwun Banten.
Kanjeng Sultan Agung tersenyum. Dengan sopan kemudian beliau menjawab, “Aku belum bisa menjelaskan jika belum mengetahui siapa dan apa kedudukanmu di Istana ini?”
“Maafkan aku, jelek-jelek begini aku adalah Sultan di Kerajaan Banten ini”. (Ditulis: Akhiyadi) *