"Karena menurut saya orang yang memesan keris pastilah menyukai budaya Jawa. Entah sebagai ageman atau pun dijadikan kebanggaan status sosial itu dikembalikan pada masing-masing," tandasnya.
Sebagai hasil karya yang melalui berbagai proses baik fisik maupun spiritual, menurut Sungkono keris merupakan hasil karya budaya yang memiliki nilai-nilai luhur bila mampu mencerna secara mendalam.
Keindahan keris bukan saja terletak pada gemblengan bilah yang kemudian memancarkan berbagai sebutan nama pamor.
Tetapi lebih pada kahekat bahwa sebuah keris itu tercipta dari paduan antara keinginan seorang pemesan dengan olah karya dan batin seorang empu yang kemudian memiliki kesamaan krentek, disitulah ikatan batin keduanya terbentuk.
"Pasti pernah dengar kisah keris empu Gandring dan Ken Arok, karena sang empu mengetahui maksud dari pemesanan keris itu akhirnya sengaja di bikin lama dan tidak sempurna,"
"akhirnya keris itu kemudian merenggut nyawa si pembuatnya," ucap empu yang mengaku selalu menselaraskan ricikan fisik keris dengan weton pemesannya. (Ditulis: Teguh) *