harianmerapi.comm - Dalam perjalanan Panji Sumenang bertemu engan Ki Ageng Gribig dan berhasil mengatasi pagebluk dengan mengadakan Merti Desa.
Ki Ageng Gribig dan Panji Sumenang lalu mengajak warga masyarakat mengadakan Kenduri sebagai ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah
lantaran telah memberi kemurahan rezeki dan kesembuhan dari cobaanNya yang berupa penyakit menular atau pagebluk.
Malam itu kemudian diselenggarakan pula pentas wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Panji Sumenang alias Sunan Palang Santikawara.
Dari kejadian di atas sampai sekarang banyak warga masyarakat jika menyelenggarakan Merti Mesa diramaikan dengan nanggap wayang purwa sedalu natas.
Tentu saja hal ini dimaksudkan sebagai sarana hiburan masyarakat mewujudkan rasa senang dalam kebersamaan yang akrab dan gotong royong
untuk mewujudkan rasa kebersamaan yang padu sekaligus mengekspresikan toleransi sosial yang saling rasa rinasan sesama warga satu dengan yang lain.
Memulai babak baru sebuah lingkungan kehidupan tentu banyak hal yang perlu dipersiapkan tidak cuma materi, sarana, dan prasarana saja.
Melainkan penyesuaian kondisi lahir batin dan kemampuan spiritualitas juga perlu dipersiapkan untuk menjalin komunikasi antara manusia, alam, dan makhluk lain yang sama-sama mukim di tempat itu.
Maka kearifan lokal perlu diwujudkan sebagai media demi terciptanya keseimbangan berbagai unsur kehidupan tersebut.
Apa yang selama ini diangan-angankan Ki Ageng Gribig mulai mendekati kenyataan yakni terciptanya lingkungan pemukiman warga yang tertata baik, rapi, dan sehat.
Panji Sumenang sekarang dijadikan anak menantunya dikawinkan dengan anak gadisnya.
Sebuah Padepokan kecil pun berdiri di bekas hutan pandan yang dulu penuh duri sekarang makin hari makin ramai banyak cantrik mentrik yang berguru disitu.
Padepokan tersebut oleh Panji Sumenang dinamakan Padepokan Pandanan. Selain mengajarkan pelajaran agama di padepokan Pandanan juga diajarkan ketrampilan olah kanuragan, keprajuritan, ketrampilan bercocok tanam, perdagangan, dan sebagainya
Seperti ketika masih mukim di seputar Kraton Majapahit dulu Ki Panji Saprang gemar memelihara kuda sebagai klangenan.