“Oh, pasti Mbah,” jawab saya singkat, lalu mengajak isteri membersihkan makam dan menabur bunga. Kemudian berdoa bersama di makam itu. Tapi begitu selesai berdoa….
Lelaki itu sudah tidak ada di sisi kami. Di sekeliling kami juga tidak kelihatan batang hidungnya. Pun di luar makam. Lalu, siapa dia?
Ketika kami akan beranjak meninggalkan pusara itu, tiba-tiba ada suara tanpa rupa, namun kami yakin berasal dan nisan yang baru saja kami doakan. “Matur nuwun nggih, Nak….” (Seperti dikisahkan Jimat di Koran Merapi) *