harianmerapi.com - Panembahan Senopati dikenal sebagai peletak dasar berdirinya Mataram Islam. Lantas bagaimana kondisi kerajaan usai beliau surut?
Cukup menarik lantaran pengganti tahta memiliki nama anumerta Panembahan sebagai sebutannya. Memang tak banyak sumber yang dapat memberi informasi, siapa sebenarnya putra mahkota yang kemudian bergelar Adi Prabu Hanyakrawati itu.
Dalam Sejarah Dalem disebutkan, Adi Prabu Anyakrawati Senapati Ing Ngalaga Mataram, disebut-sebut sebagai pengganti pendiri dinasti Mataram Kotagede di Mentaok, yang kelak dalam sejarah disebut sebagai Panembahan Seda Ing Krapyak setelah wafatnya.
Nama Krapyak sendiri memiliki arti lokasi pengembalaan atau lahan perburuan kidang pada masa kejayaan raja-raja terdahulu.
Bahkan masih membutuhkan penelitian yang lebih mendasar lagi, jika istilah Krapyak yang disebutkan kepada penyebutan Panembahan Seda Ing Krapyak
dengan nama kampung Krapyak di selatan Keraton Yogyakarta sekarang dengan bangunan "panggung Krapyak" ,yang menjadi salah satu titik sumbu imajiner utara-selatan, Merapi-Parangkusumo.
Bila merujuk sejumlah kisah tutur yang berkembang di masyarakat Jawa umumnya, Panembahan Seda Ing Krapyak adalah putra Panembahan Senapati dengan permaisuri Ratu Mas Waskitajawi yang berasal dari Pati,
Dia memiliki nama kecil Raden Jolang (tandu). Bagi Panembahan Senopati, Raden Mas Jolang adalah putra ke sepuluh, namun dia merupakan putra keempat dari permaisuri asal pesisir Pati itu.
Raden Mas Jolang merupakan putra pertama bagi Panembahan Senopati yang tidak meninggal pada usia belia.
Dia juga memiliki banyak saudara laki-laki dan perempuan berasal dari para selir yang kedudukannya lebih rendah.
Di antara saudaranya itu adalah Raden Mas Tembaga dan Raden Mas Kedawung, dalam perjalanan waktu kemudian diangkat menjadi Adipati Puger dan Pangeran Demang Tanpa Tangkil.
Meski bukan putra sulung, Raden Mas Jolang ditunjuk oleh Panembahan Senapati sebagai penggantinya karena dia anak dari permaisuri.
Dari sejumlah sumber, pengangkatan Raden Mas Jolang sebagai Adi Prabu Anyakrawati dilaksanakan semasa Panembahan Senapati masih hidup.