harianmerapi.com - Pada tahun 1489 Masehi, Sunan Gunung Jati membangun masjid yang diberi nama Masjid Pakungwati.
Sekarang masjid tersebut kini dikenal dengan nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Masjid Pakungwati bukan saja saksi bisu penyebaran agama Islam pada zaman Wali Sango namun juga menjadi sejarah cinta Sunan Gunung Jati dengan Nyi Mas Pakungwati.
“Aku percayakan pembangunan masjid kepada kalian,” kata Sunnan Gunung Jati.
“Akan kami kerjakan sebaik mungkin.”
“Masjid ini akan kuhadiahkan untuk Nyi Mas Pakungwati.”
“Secepatnya akan kami selesaikan.”
Untuk arsitektur masjid, Sunan Gunung Jati mempercayakannya kepada Sunan Kali Jaga dibantu Raden Sepat. Bentuk arsitekturnyan merupakan akulturasi Islam dengan Hindu.
Masjid Nyi Mas Pakungwati hanya dibangun dalam waktu satu malam dengan melibatkan pasukan Majapahit, Demak, dan Caruban/Cirebon.
Masjid tersebut terdapat memolo atau kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung Banten.
Hal tersebutlah yang melatarbelakngi adanya dua kubah pada Masjid Agung Banten. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu.
Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam serba putih.
Pada suatu hari Masjid Nyimas Pakungwati mendapati masalah besar. Ada sekelompok orang yang berasal dari Mataram ingin menyerang Masjid Nyi Mas Pakungwati.
Baca Juga: Lima Faktor Internal yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter Anak, Salah Satunya Insting atau Naluri
Hal tersebut dikarenakan kekuatan umat Islam pada waktu itu berpusat pada Masjid Nyi Mas Pakungwati. Mereka ingin membuat huru-hara yang dapat membuat perpecahan.