harianmerapi.com - Saat itu tidak ada pilihan lain bagi Badri dan abangnya untuk menempati sebuah rumah panggung kayu yang sudah sekian tahun dibiarkan kosong.
Rumah itu dikelilingi rimbunnya pohon bambu dan pepohonan lainnya. Lokasinya berada di area persawahan dengan akses jalan yang kecil yang hanya bisa dilalui sepeda motor.
Suasananya memang terlihat misteri. Tapi syukurlah ada sambungan listrik. Saat membersihkan rumah Badri sudah beberapa kali mendapati kelereng.
Awalnya dirinya tidak begitu peduli namun karena menemukan lagi dan lagi timbul keinginan untuk mengumpulkannya. Hal itu tidak serta merta diceritakan kepada abangnya.
Suatu malam Badri seperti mendengar suara kelereng menggelinding di lantai papan ruang tengah. Di malam berikutnya suara kelereng jatuh di tangga depan rumah.
Keesokkan paginya dirinya terkejut mendapati kelereng itu.
“Benar-benar aneh. Dari mana datangnya kelereng ini?” Badri membatin. Apalagi abangnya seperti tidak merasakan keanehan yang dialaminya.
Baca Juga: Kangen Nyasar di Jogja dan Bayi tak Mau Menetek Ibu Saat Persalinan di Rumah Sakit Ternyata Tertukar
Hingga suatu ketika dirinya terpaksa menghuni rumah sendirian sebab abangnya pergi main bersama temannya dalam beberapa hari.
Malam itu terdengar suara langkah kecil di halaman rumah. Dengan perasaan canggung Badri membuka pintu depan untuk memastikan sumber suara itu.
Alangkah terkejutnya saat mendapati seorang bocah berdiri membelakanginya.
“Adik ngapain di sini malam-malam?”
Tiba-tiba bocah itu membalikkan badan. Kedua matanya tertutup. Seketika bocah itu memperlihatkan dua butir kelereng sembari menghulurkan kedua tangannya.
Baca Juga: Pengalaman Beragama Syarat Raih Ketakwaan dan Keberkahan Hidup, Ini Enam Hal yang Perlu Dipahami
“Aku sudah menemukannya!” ucapnya dengan suara serak dan setengah tertawa.