“Aku belum memikirkannya,” jawab Marisa, menyeruput kopi.
“Kamu harus memikirkannya,” Hendra memegang tangan Marisa. “Menurutku kamar depan untuk anak kita.”
“Jangan,” sergah Marisa.
“Mengapa?”
“Maksudku,” Marisa memperbaiki posisi duduknya. “Sesekali bolehlah kita pakai kamar depan untuk anak kita. Tetapi, menurutku, kamar tengah lebih cocok untuk anak kita. Kamar tengah dekat dengan kamar kita. Kalau perlu kita buatkan pintu penghubung, agar kita dapat memantau anak kita setiap saat.”
Baca Juga: Ada Dua Alasan Mengapa Manusia Membutuhkan Agama
“Mengapa bukan kamar depan?” tanya Hendra.
“Kamar depan untuk ruang kerjaku merangkap kamar tamu.”
Hendra mengangguk-angguk. Itu alasan yang logis dan ilmiah.
“Baiklah,” kata Hendra mengakhiri diskusi. “Kamar tengah untuk anak kita, kamar depan untuk ruang kerja merangkap kamar tamu.” (Seperti dikisahkan Sulistiyo Suparno di Koran Merapi) *