harianmerapi.com - Hendra kemudian membuka buku dongeng untuk membacakan pada halaman 10 tentang cerita Kancil dan Buaya.
Lalu Hendra mulai membacakan dongeng untuk anak itu. Lima menit kemudian pintu kamar itu terbuka. Muncul Marisa dengan wajah bertanya. Hendra gugup, buku di tangannya jatuh ke lantai kamar.
“Kamu sedang apa?” tanya Marisa, mengedarkan pandangan ke penjuru kamar.
Baca Juga: Anak Lelaki Penghuni Kamar Depan 1: Sewa Rumah di Pinggiran Kota dengan Tiga Kamar Tidur
“Aku?” Hendra memungut buku dongeng dari lantai dan spontan menoleh ke arah ranjang. Tak ada siapa pun di ranjang itu.
“Sedang membaca buku dongeng,” Hendra berusaha tersenyum, dan diam-diam melirik ranjang. Ke mana anak kecil itu?
Marisa menatap Hendra seperti menyelidik.
“Ya, sudah,” kata Marisa. “Lain kali jangan tinggalkan kompor yang menyala. Bahaya.”
Hendra tersadar dan ingat dengan dapur, kompor, dan kopi.
“Apakah air sudah mendidih?” tanya Hendra.
“Tentu saja,” sahut Marisa. “Berapa lama kamu memanaskan air? Ketel menjerit begitu keras, membuatku terbangun.”
Dalam hati Hendra berkata, itu alarm yang manjur untuk membangunkanmu. Tetapi ia tidak mengucapkan pikirannya itu.
Ia bergegas menuju dapur dan Marisa menyusul di belakang. Sudah ada dua cangkir kopi di meja dapur.
“Kamu yang membuatnya?” tanya Hendra.
“Apa kamu punya istri lain yang siap membuatkan kopi?” sahut Marisa, duduk di hadapan Hendra. Hendra tersenyum, mengangkat cangkir, menghirup aroma kopi, lalu menyeruputnya pelan-pelan.
Baca Juga: Lima Kewajiban Ibu Terhadap Perkembangan Anak, Salah Satunya Memberikan ASI yang Cukup
“Akan kukatakan sesuatu padamu,” kata Hendra, menatap Marisa. “Kalau kita punya anak, kamar mana untuk anak kita?”