Meski begitu ini merupakan pangapesannya. Surapati berteriak dan mengaduh kesakitan kendatipun dadanya tidak nampak terluka.
Bahkan, Tumenggung Wiranegara yang kebetulan berada di samping Surapati terhentak kaget, ikut merasakan sakit. Surapati lalu digotong mundur ke belakang garis pertempuran oleh para prajuritnya.
“Kurang ajar Kompeni itu!”, bentak Tumenggung Wiranegara. Dia segera mendekati kuda tunggangnya yang ditunggui pekathik siap ditempat yang tidak sauh dari arena pertempuran.
Tumenggung Wiranegara bergegas meloncat ke punggung kudanya akan mengamuk membantai serdadu-serdadu Kompeni yang kebanyakan berada di sayap kanan.
“Jangan!, Jangan, Ki Tumenggung! Hari sudah hampir malam mari kita kembali dan peperangan kita lanjutkan besuk!”, kata salah satu prajuritnya mencegahnya.
Tumenggung Wiranegara akhirnya menurut kata-kata prajuritnya itu. Sebab mengamuk di malam hari kepada sardadu kompeni sangat berbahaya, mereka bersenjatakan senapan yang pelurunya jika dimuntahkan secara awur-awuran saja kemungkinan bisa mengenai sasaran. (itulis: Akhiyadi) *